WTO Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Perdagangan Global Tahun Ini Jadi 2,5%



KONTAN.CO.ID - LONDON. Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) memangkas perkiraan pertumbuhan perdagangan global untuk tahun ini dari 4,7% menjadi 2,5%. Pemangkasan dilakukan karena masalah rantai pasok global berlanjut akibat pandemi dan ditambah dengan  perang Ukraina-Rusia. 

Direktur Jenderal WTO, Ngozi Okonjo-Iweala, mengatakan gangguan rantai pasok akan menyebabkan harga makanan lebih mahal. WTO mengkhawatirkan akan terjadi krisis pangan.

Meski Rusia dan Ukraina hanya menghasilkan 2,5% dari ekspor barang dagangan global, ia bilang kedua negara itu memiliki kontribusi yang besar di sektor-sektor tertentu.  "Kekhawatiran pertama, adalah bagi orang-orang Ukraina, yang mengungsi tidak memiliki cukup makanan untuk dimakan," katanya dikutip BBC, Rabu (6/4).


Dia menambahkan ekonomi global akan semakin tertekan. Menurutnya, negara-negara miskin akan merasakan dampak dari kekurangan dan kendala pasokan pada makanan. Produk makanan seperti gandung dan jagung banyak terpengaruh perang Rusia-Ukraina. 

Baca Juga: Kasus Mingguan Covid-19 Global Lanjutkan Penurunan, Angka Kematian Turun Tajam

Kelompok industri telah memperingatkan Uni Eropa menghadapi kekurangan minyak bunga matahari. Menurut S&P Global, 46,9% ekspor global berasal dari Ukraina dan 29,9% dari Rusia. Namun, ditutupnya pelabuhan Ukraina akan membuat mereka kesulitan untuk mengekspornya.

Menggunakan Afrika sebagai contoh, mantan menteri keuangan Nigeria mengatakan 35 dari 55 negara di sana mengimpor gandum dan biji-bijian lainnya dari Rusia dan Ukraina dan 22 mengimpor pupuk.

"Pekerjaan yang dilakukan oleh Bank Pembangunan Afrika sekarang menunjukkan bahwa di banyak negara, harga pangan sudah naik 20% hingga 50%," katanya. Namun, Okonjo-Iweala berharap ada solusi untuk masalah pasokan.

Dia mengatakan dalam jangka pendek negara-negara bisa mengubah selesanya untuk makan lebih banyak produk dalam negeri. Namun, dalam jangka panjang Afrika berinvestasi dalam varietas gandum dan tanaman lain yang tahan panas karena beradaptasi dengan perubahan iklim.

Slain melonjaknya harga pangan, harga komoditas lain telah mencapai rekor tertinggi di tengah kekhawatiran perang dan sanksi ekonomi terhadap Rusia akan menyebabkan gangguan pasokan.

Baca Juga: Banyak Tanda Kejahatan Perang, Presiden Ukraina Pertanyakan Peran Dewan Keamanan PBB

Industri pertambangan Rusia sangat penting untuk banyak zat seperti paladium, di mana ia bertanggung jawab atas 40% produksi global logam yang penting bagi pembuat mobil.

Bahkan sebelum perang di Ukraina, pandemi telah menyebabkan ketidaksesuaian antara penawaran dan permintaan di banyak industri yang mendorong harga naik, dan Dana Moneter Internasional telah memperingatkan bahwa melonjaknya inflasi akan mengurangi pertumbuhan ekonomi global tahun ini.

"Dalam jangka pendek hingga menengah, saya pikir kita akan melihat tekanan inflasi ini berlanjut," kata Okonjo-Iweala.

Editor: Tendi Mahadi