JAKARTA. PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON) berharap mendapat tambahan nilai kontrak baru dari proyek High Speed Rail (HSR) atau kereta api cepat Jakarta-Bandung. Saat ini, perseroan tengah melakukan negosiasi untuk mendapatkan kontrak proyek tersebut. Direktur Utama WTON, Hadian Pramudita mengatakan, kontrak dari proyek kereta cepat diharapkan bisa diperoleh tahun ini. Hal tersebut menyusul penandatanganan kontrak Enginering, Procurement, Construction (EPC) oleh konsorsium PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) dengan High Speed Rail Contractor Consorsium (HSRCC) pada 4 April 2017 lalu. Nilai kontrak konstruksi proyek kereta cepat sepanjang 142,3 kilometer (km) tersebut mencapai US$ 4,7 miliar. Nilai ini membengkak dari perkiraan sebelumnya yakni US$ 4,3 miliar.
Konsorsium kontraktor tersebut terdiri dari tujuh perusahaan yakni China Railway International, China Rail Way Group Limited, Sinohydro Corporation Limited, CRCC Wingdao Sifang Co, Ltd, China Railway Signal & Communication Corporation, The Third Railway Survey Design Institute Group Corporation, dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), induk WTON. WIKA sendiri menggenggam porsi 30% dari nilai kontrak. Hadian mengatakan, WTON masih tengah bernegosiasi untuk menggarap beberapa produk seperti slab track dan tiang pancang. "Kami sedang negosiasi di beberapa item. Karena ada yang akan WTON kerjakan sendiri, ada juga yang dikerjakan bersama-sama. Jadi sedang mencari tahu, produk apa yang akan kami garap dan nilainya berapa," ujar Hadian akhir pekan lalu. Jika disetujui, kontrak kereta cepat akan menambah nilai kontrak baru WTON yang ditargetkan sebesar Rp 5,4 triliun hingga Rp 6 triliun. Bidik Proyek dari Energi Sebagian besar perolehan kontrak perseroan memang masih banyak berasal dari proyek infrastruktur, seperti kereta api dan jalan tol. Namun, tahun ini, WTON juga berharap banyak dari proyek-proyek di bidang energi. Salah satu proyek yang akan masuk kontrak baru tahun ini adalah proyek kilang migas di Papua senilai Rp 75 miliar, dan tiga proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), yakni PLTU Cilacap, PLTU Batang, dan PLTU Tanjung Jati. "Yang terbesar dari PLTU Cilacap, nilainya Rp 170 miliar," kata dia.