JAKARTA. Perusahaan mobil asal China, SAIC General Motor Wuling (SGMW) mulai mempersiapkan diri memproduksi mobil di Indonesia. Saat ini, Wuling mengklaim berusaha meningkatkan kandungan komponen lokal. 

Xu Feiyun, Presiden PT SGMW Motor Indonesia, bilang, pihaknya telah mendata komponen lokal yang bakal menjadi bagian pembuatan mobil Wuling yang diproduksi tahun 2017. “Saat ini komponen lokal sudah melebihi 50%, tapi kami masih mencari produsen komponen lain,” kata Xu Feiyun kepada KONTAN, Rabu (30/11).

Untuk produksi, Wuling telah mengajak produsen komponen menempati supplier park di pabrik Wuling di Bekasi. "Kami telah bekerjasama dengan 20-an produsen komponen lokal, serta membawa 15 pemasok komponen ternama menempati supplier park di pabrik kami," terang Feiyun, tanpa menyebut nama pemasok komponen tersebut. 

Miliki Keamanan Informasi Standar Internasional, Tugu Insurance Raih ISO 27001-2022

Salah satu perusahaan yang kebagian berkah Wuling adalah PT Asahimas Flatglass Tbk yang akan produksi kaca mobil Wuling mulai April 2017. "Kami produksi kaca tempered dan laminated sekitar 4.000 unit dari total 7.000-8.000 unit mobil Wulling," kata Andreas Suryadi Wirawan, Assistant Center Manager Asahimas Flat Glass. 

Meski demikian, perusahaan komponen lain, seperti PT Gajah Tunggal Tbk menyatakan tidak mendapatkan tawaran dari Wuling. "Kami tidak menerima order dari mereka (Wuling)," kata Catharina Widjaja, Sekretaris Perusahaan PT Gajah Tunggal Tbk kepada KONTAN, Rabu (30/11). 

Begitu juga dengan produsen ban Goodyear. Meski begitu, Goodyear tertarik memasok ban untuk Wuling. "Secara teknis kami mampu (produksi)," ujar Wicaksono Soebroto, GM Cooporate & Marketing Communication PT Goodyear Indonesia Tbk. 

Perkumpulan Industri Kecil Menengah Komponen Otomotif Indonesia (PIKKO) bilang, Wuling telah membawa subkontraktor sendiri dari China. "Mereka menawarkan juga ke kami, tapi mereka sudah punya subkontraktor eksisting," kata Rony Hermawan, Sekjen PIKKO. Menurut Ronny, Wuling meminta harga tak masuk akal alias murah. "Tak sesuai dengan harga kami, kasarnya untuk beli material saja sudah tekor," tegas Rony.      

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News