Wuling tak otomatis geser peta emiten otomotif



JAKARTA. Sektor otomotif nasional kedatangan kompetitor baru. Setelah penantian yang cukup panjang, SAIC GM-Wuling Automobile Company Limited bisa mulai memproduksi mobil di Indonesia.

Hal ini ditandai dengan akan diproduksinya mobil jenis multi purpose vehicle (MPV) pada Agustus mendatang. Produksi berada di bawah naungan PT SGMW Motor Indonesia (Wuling Motors) melalui pabriknya di Cikarang, Jawa Barat.

Kepala Riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang mengatakan, memang masih terlalu dini mengukur kekuatan Wuling. Tapi di sisi lain, tak mudah untuk mengubah peta persaingan industri otomotif di Indonesia.


"Ini butuh waktu hingga puluhan tahun," ujar Edwin kepada KONTAN, Kamis (13/7). Jadi, dari sini bisa dibilang, posisi PT Astra International Tbk (ASII) yang masih menjadi pemimpin di sektor otomotif dengan penguasaan pangsa pasar sekitar 56% terbilang masih aman.

Mungkin, bakal ada sedikit gangguan. Tapi, bukan berarti ancaman. Sebab, konsumen ketika membeli mobil tidak hanya sekadar membeli.

Jangan lupa, pertimbangan yang paling penting saat membeli mobil adalah, secondary market. Konsumen juga mempertimbangkan hal lain, seperti jangkauan dan layanan servis atau ketersediaan suku cadang misalnya.

Lihat jumlah dealer resmi Toyota, Auto2000 yang sekarang sudah memiliki 108 dealer. Tahun ini, rencananya manajemen akan menambah 115 dealer baru. Bandingkan dengan Wuling. Perusahaan berencana menambah 50 dealer baru tahun ini secara bertahap.

Dengan layanan yang luas, ketersediaan suku cadang yang berlimpah, membuat mobil yang didistribusikan ASII masih banyak diminati. Sebab, dengan kelebihan itu, harga mobil di secondary market tidak jatuh terlalu dalam. Kondisi ini yang membuat mobil pabrikan Jepang, terutama yang didistribusikan oleh ASII masih memiliki konsumen yang besar, bahkan cenderung loyal.

"Coba lihat mobil pabrikan lain seperti dari Korea," tambah Edwin. Harga di secondary market -nya tidak sebagus harga mobil pabrikan Jepang. Akibatnya, pabrikan-pabrikan non-Jepang sulit mengejar jumlah penjualan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini