WWF Bali Membuka Peluang Investasi di Sektor Air



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. World Water Forum (WWF) ke-10 diharapkan bisa jadi ajang produktif untuk membahas isu-isu keberlanjutan air di seluruh dunia. Maklum, forum yang digelar selama periode 18-25 Mei 2024 di Bali itu dihadiri 3.448 orang-orang penting dari 148 negara.  

Anggota biro komite Inter-Parliamentary Union (IPU) untuk Pembangunan Berkelanjutan, Putu Supadma Rudana mengatakan, isu terkait air sangat mendesak diselesaikan dalam mencapai mencapai pembangunan berkelanjutan. “Oleh karena itu, WWF ini merupakan ajang yang signifikan untuk mengevaluasi perjalanan dialektika komunitas global tentang isu air,” kata dia dalam keterangannya, Minggu (19/5).

Menurut Putu, forum ini membuka potensi dan peluang investasi di sektor air. Pasalnya, forum ini mewadahi pertemuan banyak pihak, termasuk sektor bisnis, pemerintahan hingga para pemikir. Ia bilang,  forum WWF Bali juga mengadakan pertemuan tingkat parlemen yang secara resmi menggandeng DPR RI sebagai host dan Inter-parliamentery union (IPU). 


Baca Juga: Jokowi Kenalkan Prabowo Sebagai Presiden Terpilih Saat Membuka World Water Forum

Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI ini menilai isu air tidak bisa dianggap remeh, terlebih kaitannya dengan tantangan global dalam hal perubahan iklim. Menurut data World Resources Institute (WRI) Aqueduct Water Risk Atlas, ada 25 negara dengan populasi seperempat dari populasi dunia terekspos pada tingkat water stress yang sangat tinggi.

Ia menambahkan, menurut Data SDGs 2023 dari PBB, terdapat miliaran orang di dunia masih mengalami kekurangan akses ke air minum layak (aman), sanitasi dan higienitas. Di Indonesia, cakupan layanan air minum telah berada di 91,05%. Tetapi akses air minum perpipaan, menurut data Perpamsi pada 2023 baru 19,74%. 

“Sisanya mengakses akses air minum dari sumber lain seperti galon, air permukaan hingga air tanah. Tentu tanpa pengelolaan atau penyaringan memadai, potensi pencemaran bakteri e-coli sangat tinggi,” jelas dia.

Baca Juga: Indonesia Perjuangkan Empat Hal Pokok pada Perhelatan World Water Forum

Oleh karena itu, kata Putu, ada empat langkah hal yang akan didorong BKSAP dalam mengatasi persoalan pengelolaan air. Pertama, mendorong pembahasan isu air dan sanitasi dalam bingkai pencapaian SDGs. 

Kedua, mendorong pengambil kebijakan tentang air bisa memperhatikan kearifan lokal dan kekuatan sejarah adat dalam menghormati air. “Pengambil kebijakan juga harus membuka ruang secara inklusif dan merata bagi komunitas lokal untuk memanfaatkannya,” tambah Putu.

Ketiga, BKSAP bersama dengan dengan komunitas parlemen global akan membahas mengenai konektivitas fenomena perubahan iklim yang semakin tak terbendung dengan air serta bagaimana keduanya sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia.

Terakhir, BKSAP akan  mendorong potensi kolaborasi, kerja sama saintifik, peluang-peluang diplomasi air untuk koeksistensi antarbangsa. “Dalam perspektif diplomasi, BKSAP melihat air sebagai komoditas yang mampu menjembatani manusia lintaswilayah.” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dina Hutauruk