MANADO. Iklim di dunia saat ini memang tak menentu, termasuk iklim di lautan. Dengan keadaan seperti ini, kelestarian terumbu karang menjadi terancam. Ancaman terhadap terumbu karang ini berpotensi meningkatkan laju tekanan lingkungan, baik dalam skala lokal maupun regional.Karena itu, Direktur Umum World Wild Fund (WWF), James Leape, mendorong para pemimpin dunia untuk mendukung negara-negara di kawasan segitiga terumbu karang (coral triangle) ikut berperan dalam menjaga dan melindungi terumbu karang di negara-negara tersebut."Sehingga tindakan regional maupun internasional harus segera diambil agar terhindar dari malapetaka ekologis akibat perbuatan manusia,'' ujar Leape, di sela-sela persidangan Senior Official Meeting di WOC, Manado, Sulut, Rabu (13/5) kemarin.Penelitian WWF beberapa tahun terakhir, tingkat kerusakan terumbu karang sudah mulai mengkhawatirkan. Untuk mencegah kerusakan kian meluas, para pemimpin dunia perlu mengambil sikap. Caranya, dengan membangun pendanaan global dan mekanisme finansial untuk kebutuhan pelestarian.Leape juga menyarakan, para pemimpin di kawasan segitiga terumbu karang juga bisa mengambil sikap dengan membangun struktur tata pemerintahan yang mengintegrasikan sumber daya dan manajemen perlindungan keanekaragaman hayati. Selain itu, "Mempertahankan sumber pendapatan yang menyediakan stimulasi ekonomi dan alternatif pekerjaan," ujarnya.WWF bekerjasama dengan peneliti asal Indonesia, menemukan fakta Kawasan Segitiga Terumbu Karang mencapai 30% dari terumbu karang dunia. Namun, dari spesies yang membentuknya terdiri dari 76% spesies karang. Namun demikian, meski luasnya tak lebih 30% namun di situlah ikan-ikan bernilai ekonomis bertelur. “Seperti ikan tuna,” ungkap Leape.Di kawasan Coral Triangle inilah tingkat spesies karang yang tertinggi ditemukan di Tanjung Kepala Burung Papua. Di sinilah 574 spesies laut bersarang, atau empat kali lipat seluruh spesies di seluruh Samudera Atlantik.Menteri Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar mengakui hasil penelitian WWF. Rachmat yakin, kerusakan terumbu karang merupakan di berbagai kawasan laut di Indonesia menyebabkan terjadinya migrasi besar-besar. "Migrasi jutaan penduduk pesisir ke daerah perkotaan," ujar Rachmat.Rachmat menambahkan, jika dunia tidak bertindak efektif terhadap perubahan iklim, maka terumbu karang akan hilang dari kawasan Coral Triangle pada akhir abad ini. Akibatnya, kemampuan daerah pesisir untuk menghidupi masyarakat di sekitarnya berkurang 80%. "Dengan dampak lanjut kehilangan penghidupan sekitar 100 juta orang, sehingga bisa berdampak lebih buruk lagi," ungkap Rachmat.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
WWF: Perhatikan Kelestarian Terumbu Karang
MANADO. Iklim di dunia saat ini memang tak menentu, termasuk iklim di lautan. Dengan keadaan seperti ini, kelestarian terumbu karang menjadi terancam. Ancaman terhadap terumbu karang ini berpotensi meningkatkan laju tekanan lingkungan, baik dalam skala lokal maupun regional.Karena itu, Direktur Umum World Wild Fund (WWF), James Leape, mendorong para pemimpin dunia untuk mendukung negara-negara di kawasan segitiga terumbu karang (coral triangle) ikut berperan dalam menjaga dan melindungi terumbu karang di negara-negara tersebut."Sehingga tindakan regional maupun internasional harus segera diambil agar terhindar dari malapetaka ekologis akibat perbuatan manusia,'' ujar Leape, di sela-sela persidangan Senior Official Meeting di WOC, Manado, Sulut, Rabu (13/5) kemarin.Penelitian WWF beberapa tahun terakhir, tingkat kerusakan terumbu karang sudah mulai mengkhawatirkan. Untuk mencegah kerusakan kian meluas, para pemimpin dunia perlu mengambil sikap. Caranya, dengan membangun pendanaan global dan mekanisme finansial untuk kebutuhan pelestarian.Leape juga menyarakan, para pemimpin di kawasan segitiga terumbu karang juga bisa mengambil sikap dengan membangun struktur tata pemerintahan yang mengintegrasikan sumber daya dan manajemen perlindungan keanekaragaman hayati. Selain itu, "Mempertahankan sumber pendapatan yang menyediakan stimulasi ekonomi dan alternatif pekerjaan," ujarnya.WWF bekerjasama dengan peneliti asal Indonesia, menemukan fakta Kawasan Segitiga Terumbu Karang mencapai 30% dari terumbu karang dunia. Namun, dari spesies yang membentuknya terdiri dari 76% spesies karang. Namun demikian, meski luasnya tak lebih 30% namun di situlah ikan-ikan bernilai ekonomis bertelur. “Seperti ikan tuna,” ungkap Leape.Di kawasan Coral Triangle inilah tingkat spesies karang yang tertinggi ditemukan di Tanjung Kepala Burung Papua. Di sinilah 574 spesies laut bersarang, atau empat kali lipat seluruh spesies di seluruh Samudera Atlantik.Menteri Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar mengakui hasil penelitian WWF. Rachmat yakin, kerusakan terumbu karang merupakan di berbagai kawasan laut di Indonesia menyebabkan terjadinya migrasi besar-besar. "Migrasi jutaan penduduk pesisir ke daerah perkotaan," ujar Rachmat.Rachmat menambahkan, jika dunia tidak bertindak efektif terhadap perubahan iklim, maka terumbu karang akan hilang dari kawasan Coral Triangle pada akhir abad ini. Akibatnya, kemampuan daerah pesisir untuk menghidupi masyarakat di sekitarnya berkurang 80%. "Dengan dampak lanjut kehilangan penghidupan sekitar 100 juta orang, sehingga bisa berdampak lebih buruk lagi," ungkap Rachmat.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News