KONTAN.CO.ID - BEIJING. China melaporkan pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dari perkiraan pada kuartal ketiga tahun ini. Akan tetapi, hal tersebut membuat sejumlah analis sedikit cemas. Para analis khawatir, para pemimpin China langsung berpuas diri dan enggan melanjutkan upaya untuk menghidupkan kembali permintaan. Alasannya, kemungkinan para pembuat kebijakan memilih untuk menunggu dan melihat apakah upaya yang mereka lakukan sudah cukup. Apalagi, target pertumbuhan tahun ini hanya 5%.
Rasa ketakutan analis ini akhirnya mereda. Melansir
The Economist yang mengutip
Xinhua, pada 24 Oktober 2023, Badan legislatif China menyetujui rencana untuk menaikkan rasio defisit fiskal pada tahun 2023 menjadi sekitar 3,8% dari produk domestik bruto. Angka ini jauh di atas level 3% yang ditetapkan pada bulan Maret. Rencana tersebut mencakup penerbitan utang negara tambahan senilai 1 triliun yuan ($217 miliar) pada kuartal keempat untuk mendukung bantuan bencana dan konstruksi. Dana tersebut akan digunakan untuk membantu pemerintah daerah mengatasi bencana alam, seperti banjir yang terjadi baru-baru ini. Tentunya, hal ini akan membantu meringankan ketegangan yang dirasakan oleh banyak kota dan provinsi di China.
Baca Juga: 2 Menteri China Ini Dipecat dari Posisi Anggota Dewan Negara Pendapatan dari penjualan tanah terpukul oleh kemerosotan properti. Hutang di luar neraca
(off-balance-sheet debt) menjadi lebih sulit untuk dilunasi, karena perekonomian yang lemah dan investor yang waspada. Kuota obligasi infrastruktur “khusus” tahun ini hampir habis. Oleh karena itu, bantuan diperlukan untuk mencegah pemotongan tajam pengeluaran pemerintah daerah. Mengutip
Bloomberg, China jarang melakukan penyesuaian anggaran pada pertengahan tahun, setelah sebelumnya melakukan penyesuaian pada periode-periode termasuk tahun 2008, setelah gempa bumi Sichuan dan setelah krisis keuangan Asia pada akhir tahun 1990an. “Dukungan fiskal tambahan yang disetujui adalah intervensi yang kami harapkan dan diperlukan untuk mencegah pengetatan fiskal mendadak di Tiongkok pada minggu-minggu terakhir tahun ini,” kata Mark Williams, kepala ekonom Asia di Capital Economics seperti yang dilansir
Bloomberg. Perubahan anggaran terjadi di tengah banyaknya pengumuman dari Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional, parlemen yang dikendalikan Partai Komunis yang mengawasi pinjaman pemerintah.
Baca Juga: Xi Jinping Menyatakan Siap Bekerja Sama dengan AS di Tengah Perbedaan Mengutip
The Economist, penjualan obligasi akan dilakukan di bawah menteri keuangan baru, Lan Fo'an. Lan pernah menjabat sebagai gubernur Shanxi yang kaya batu bara. Namun dirinya lebih banyak menghabiskan waktunya di Guangdong, yang merupakan pusat kekuatan pesisir.
Namun langkah menteri keuangan ini dibayangi oleh berita bahwa Xi Jinping telah melakukan kunjungan pertamanya ke bank sentral China. Apa yang mendorong kunjungan tersebut? Hal ini mungkin menunjukkan bahwa presiden negara tersebut menaruh perhatian besar pada perekonomian pada saat-saat sibuk dalam kalender pembuatan kebijakan. Para pejabat akan segera berkumpul untuk konferensi dua kali dalam satu dekade mengenai sistem keuangan Tiongkok; lainnya, pertemuan tahunan pada bulan Desember akan membantu menetapkan kebijakan ekonomi untuk tahun depan. Di sebagian besar negara, kunjungan presiden ke bank sentral tidak menimbulkan banyak komentar atau minat. Namun di China, menteri keuangan mempunyai pengaruh yang kecil dan presiden mempunyai banyak pengaruh. Menteri Keuangan tidak banyak menarik perhatian. Tidak ada tindakan presiden yang luput dari hal ini.
Editor: Barratut Taqiyyah Rafie