Xi Jinping Berjanji Menjalin Kerjasama dengan Donald Trump



KONTAN.CO.ID - LIMA. Tensi hubungan China dan Amerika Serikat (AS) mereda usai dua pimpinannya bertemu di sela-sela forum Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik atau Asia pacific Economic Cooperation (APEC) di Lima, Peru. Dalam pertemuan tersebut, Presiden China Xi Jinping berjanji bekerja sama dengan Presiden AS yang baru, Donald Trump.

Xi Jinping dan Presiden AS Joe Biden membahas berbagai hal mulai dari kejahatan dunia maya, perdagangan, Taiwan, Laut China Selatan, dan Rusia.  "Tujuan China dalam hubungan China-AS adalah stabil, sehat, dan berkelanjutan, tetap tidak berubah setelah terpilihnya Trump," kata Xi dikutip Reuters.

Xi menyatakan siap bekerja sama dengan pemerintahan AS yang baru untuk menjaga komunikasi, memperluas kerja sama, dan mengelola perbedaan. Meski kerap tak sepakat, Biden selalu berdiskusi dengan China.


Baca Juga: Prospek Mata Uang Komoditas Lesu

"Biden memberi tahu Xi bahwa mempertahankan pembicaraan antar pemimpin akan sangat penting bahkan setelah ia meninggalkan jabatannya," kata penasihat keamanan nasional AS Biden Jake Sullivan, sembari menegaskan bahwa hubungan AS dan China adalah hubungan paling penting di dunia.

Sullivan berharap persaingan tak menjadi konflik. Xi menyatakan ingin adanya energi positif dan dia juga meminta para pemimpin meruntuhkan tembok penghalang aliran perdagangan, investasi, teknologi dan jasa.

Tapi sepertinya harapan tersebut akan sirna. Sebab, presiden terpilih AS, Donald Trump, telah berjanji memberlakukan tarif menyeluruh sebesar 60% atas impor barang-barang China oleh AS. Rencana ini sebagai bagian dari paket perdagangan America First.

Partai Republik bahkan akan menunjuk beberapa tokoh yang keras terhadap China, termasuk Senator AS Marco Rubio, sebagai menteri luar negeri, dan Mike Waltz sebagai penasihat keamanan.

Bahkan hingga membahas Taiwan, keduanya kembali bersitegang. Xi menyebut Taiwan adalah wilayahnya dan AS diminta tidak melewati batas. Sementara Biden meminta mengakhiri aktivitas militer Beijing yang mendestabilisasi Taiwan.

Kementerian Luar Negeri Taiwan sendiri menyebut China menjadi pembuat onar dan Taiwan menolak kedaulatan China. Bagi Taiwan, AS adalah pendukung internasional meski secara diplomatis Taiwan tidak dianggap sebagai suatu negara berdaulat

Selanjutnya: Aset Asuransi Umum Syariah Mencapai Rp 9,33 Triliun per September 2024

Menarik Dibaca: Kembangkan Produk di Indonesia, Korea Pavilion Hadirkan 24 Brand di SIAL Interfood

Editor: Avanty Nurdiana