Xi Jinping: Ekonomi China Lebih Tangguh dan Dinamis pada Tahun 2023



KONTAN.CO.ID - BEIJING. Presiden China Xi Jinping mengatakan bahwa perekonomian negaranya telah tumbuh lebih tangguh dan dinamis pada tahun 2023. Meskipun data-data ekonomi masih mengecewakan karena terhentinya pemulihan pasca-COVID.

Xi berjanji dalam pidato Tahun Baru bahwa China pasti akan bersatu kembali. Hal ini mengacu pada pulau Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri, yang diklaim oleh Beijing sebagai miliknya dan telah berjanji untuk direbut.

Xi telah melalui masa sulit pada tahun 2023 sebagai negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia, dengan pemerintahannya yang berjuang untuk mempertahankan pemulihan ekonomi sejak meninggalkan kebijakan nol-COVID yang memberatkan pada tahun lalu.


Namun Xi mengatakan bahwa perekonomian China telah melewati badai dan menjadi lebih tangguh dan dinamis dibandingkan sebelumnya.

Baca Juga: Ekonomi Singapura Tumbuh 1,2%, PM Lee: Ekonomi ke Depan Tergantung Kondisi Eksternal

Ia juga memuji promosi pembangunan berkualitas tinggi dan industri-industri baru seperti kendaraan listrik, baterai litium, dan panel surya.

"Pada tahun depan kita harus mengkonsolidasikan dan meningkatkan tren positif pemulihan ekonomi, dan mencapai stabilitas ekonomi jangka panjang," katanya.

Namun ia juga mengakui adanya kesulitan, dengan mengatakan beberapa perusahaan menghadapi tekanan operasional dan beberapa masyarakat menghadapi kesulitan dalam pekerjaan dan kondisi kehidupan.

“Semua hal ini sangat memprihatinkan saya,” katanya.

“Tujuan kami ambisius namun sangat sederhana. Pada akhirnya, tujuan kami adalah membantu masyarakat menjalani kehidupan yang lebih baik,” ujar Xi.

Rekor pengangguran kaum muda dan krisis utang yang berkepanjangan di sektor properti telah menghambat pertumbuhan China pada tahun ini.

Baca Juga: Korea Utara akan Luncurkan Satelit Baru dan Membuat Drone, Perang Tak Dapat Dihindari

Angka resmi yang dirilis pada hari Minggu menunjukkan penurunan aktivitas pabrik secara nasional semakin dalam pada bulan Desember yang menandakan adanya kontraksi selama tiga bulan berturut-turut.

Para analis mengatakan Beijing mungkin kesulitan mencapai target pertumbuhan tahunan sekitar lima persen, yang merupakan ambisi terendah dalam beberapa tahun terakhir.

Editor: Tendi Mahadi