JAKARTA. Jalur distribusi pulsa yang terlalu bebas ternyata bisa juga membuat operator pusing. Mereka semakin sulit memetakan jumlah dan kebutuhan pulsa pelanggan. Melihat kondisi ini, sejak awal tahun ini, PT XL Axiata mengubah sistem distribusi pulsanya. XL membuat sistem kluster dengan membagi distribusi voucer pulsa berdasarkan wilayah tertentu. Dalam sistem ini, XL melarang keras transaksi antarkluster. “Tujuannya untuk memudahkan operator memonitor peredaran kartu perdana dan menjamin ketersediaan pulsa sampai ke pelosok daerah,” terang Febriati Nadira, Head of Corporate Communication PT XL Axiata.Dengan sistem ini, XL ingin mencegah penjualan pulsa dari diler resmi di wilayah tertentu ke subdiler atau agen yang menjual pulsa di daerah lain. Sekadar informasi, distribusi pulsa memiliki banyak saluran. Umumnya, operator menggunakan diler resmi yang membawahi banyak gerai ritel atau retail outlet (RO). Dalam kelompok ini, ada subdiler atau subagen. Kini, XL memiliki 117 diler resmi dan sekitar 350.000 RO.Kebijakan baru ini berimbas pada bisnis agen server. Yang masuk kategori ini adalah agen penjual voucer elektrik yang memiliki penampung data voucer di dalam server dan jaringan penjualan sendiri. Mereka biasanya membeli pulsa dari diler atau agen resmi dan kemudian menyalurkan ke jaringannya (network) yang sebagian besar hanya bermodal handphone.Sebelum menerapkan sistem kluster, XL menganggap kehadiran agen server ini mengganggu pemetaan data. Sebab, agen server bisa belanja pulsa dalam jumlah banyak dari diler resmi di wilayah A, meski pada akhirnya pulsanya sebagian besar dijual di wilayah B. Alhasil, operator mencatat, penjualan pulsa di daerah A sangat tinggi meski distribusi pulsa di daerah itu rendah. “Pemetaan data konsumen dan penjualan kami menjadi kacau,” ujar Febriati. Operator juga tak bisa mengendalikan standar pelayanan penjualan pulsa oleh agen server. Sebab, dengan adanya stok server berjenjang, sangat mungkin terjadi penundaan pengiriman pulsa cukup lama. Distribusi pulsa harus diproses lewat perangkat agen server terlebih dahulu sebelum diproses oleh server XL. “Jadi, ada dua kali proses,” ujar Febriati.Alhasil, pelanggan sering mengeluh, ”Sudah membeli pulsa secara elektrik, kok, pulsa tidak segera masuk?” Konsumen menuding operator yang bermasalah tanpa memahami bahwa mungkin mereka membeli voucer dari jaringan agen server.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
XL mantapkan distribusi pulsa dengan sistem kluster
JAKARTA. Jalur distribusi pulsa yang terlalu bebas ternyata bisa juga membuat operator pusing. Mereka semakin sulit memetakan jumlah dan kebutuhan pulsa pelanggan. Melihat kondisi ini, sejak awal tahun ini, PT XL Axiata mengubah sistem distribusi pulsanya. XL membuat sistem kluster dengan membagi distribusi voucer pulsa berdasarkan wilayah tertentu. Dalam sistem ini, XL melarang keras transaksi antarkluster. “Tujuannya untuk memudahkan operator memonitor peredaran kartu perdana dan menjamin ketersediaan pulsa sampai ke pelosok daerah,” terang Febriati Nadira, Head of Corporate Communication PT XL Axiata.Dengan sistem ini, XL ingin mencegah penjualan pulsa dari diler resmi di wilayah tertentu ke subdiler atau agen yang menjual pulsa di daerah lain. Sekadar informasi, distribusi pulsa memiliki banyak saluran. Umumnya, operator menggunakan diler resmi yang membawahi banyak gerai ritel atau retail outlet (RO). Dalam kelompok ini, ada subdiler atau subagen. Kini, XL memiliki 117 diler resmi dan sekitar 350.000 RO.Kebijakan baru ini berimbas pada bisnis agen server. Yang masuk kategori ini adalah agen penjual voucer elektrik yang memiliki penampung data voucer di dalam server dan jaringan penjualan sendiri. Mereka biasanya membeli pulsa dari diler atau agen resmi dan kemudian menyalurkan ke jaringannya (network) yang sebagian besar hanya bermodal handphone.Sebelum menerapkan sistem kluster, XL menganggap kehadiran agen server ini mengganggu pemetaan data. Sebab, agen server bisa belanja pulsa dalam jumlah banyak dari diler resmi di wilayah A, meski pada akhirnya pulsanya sebagian besar dijual di wilayah B. Alhasil, operator mencatat, penjualan pulsa di daerah A sangat tinggi meski distribusi pulsa di daerah itu rendah. “Pemetaan data konsumen dan penjualan kami menjadi kacau,” ujar Febriati. Operator juga tak bisa mengendalikan standar pelayanan penjualan pulsa oleh agen server. Sebab, dengan adanya stok server berjenjang, sangat mungkin terjadi penundaan pengiriman pulsa cukup lama. Distribusi pulsa harus diproses lewat perangkat agen server terlebih dahulu sebelum diproses oleh server XL. “Jadi, ada dua kali proses,” ujar Febriati.Alhasil, pelanggan sering mengeluh, ”Sudah membeli pulsa secara elektrik, kok, pulsa tidak segera masuk?” Konsumen menuding operator yang bermasalah tanpa memahami bahwa mungkin mereka membeli voucer dari jaringan agen server.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News