Yakin pertumbuhan ekonomi 2022 capai 5,5%, Apindo: Perlu stimulus ke korporasi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani optimistis target pemerintah yang mematok pertumbuhan ekonomi pada 2022 sebesar 5%-5,5% year on year (yoy) bisa tercapai.

Menurut Hariyadi, tahun depan pertumbuhan ekonomi masih akan ditentukan oleh pengendalian pademi virus corona dari sisi kesehatan. 

Hanya, Hariyadi menilai belakangan pemerintah sudah cukup optimal dalam menjalankan upaya tracing, testing, dan treatment (3T), termasuk upaya vaksinasi.


Ia berharap target pemerintah untuk menjalankan program vaksinasi sebanyak 2 juta dosis per hari dapat terus dieskalasi di tahun ini. 

Tujuannya agar herd immunity bisa segera meningkat, dan masyarakat bisa melakukan aktivitas secara normal di tahun 2022.

“Kasus Covid-19 di Indonesia sudah mulai landai. Vaksinasi ini menjadi kunci dari semua permasalahan. Di Amerika Serikat (AS) ekonominya cepat recovery karena program vaksiniasinya sukses, meski masih ada di beberapa negara bagian yang vaksinasinya rendah,” kata Hariyadi kepada Kontan.co.id, Selasa (17/8).

Baca Juga: Ada pelonggaran di masa PPKM, pengusaha melihat ekonomi mulai bergairah

Kata Hariyadi, jika vaksinasi di tahun ini sukses, maka sebaiknya pandemi virus corona pada tahun depan dikategorikan sebagai endemic. Dengan demikian masyarakat bisa hidup normal, dampak yang diharapkan perekonomian dan dunia usaha pulih seperti periode sebelum pandemi.

Masih dari sisi kesehatan, Hariyadi meminta akan pemerintah cepat memberlakukan harga tes PCR yang lebih terjangkau, seperti yang dicetuskan Presiden RI sebesar Rp 450.000-Rp 550.000 per tes. Harga tes PCR yang lebih murah, dianggap akan membantu pemerintah dalam menjalankan 3T.

Dus, data yang diperoleh pemerintah bakal jauh lebih valid, mengingat validitas tes PCR lebih baik dibandingkan tes antigen.

Dari sisi perekonomian sektor riil, Hariyadi mengatakan tahun depan dunia usaha akan mendapatkan ancaman keuangan yakni beban utang yang terlalu besar selama 2020-2021. Sementara pendapatan perusahaan diprediksi masih belum setinggi periode sebelum pandemi virus corona.

Hariyadi memperkirakan pemburukan kondisi keuangan tersebut paling tidak akan tercermin pada sektor-sektor usaha yang paling terdampak pandemi antara lain transportasi, pariwisata, termasuk hotel, restoran, dan cafe (Horeka).

“Maka jangan hanya mengandalkan pemulihan ekonomi saja, tapi perlu intervensi dari pemerintah kepada korporasi. Stimulus-stimulus seperti subsidi bunga dan pemotongan utang diharapkan dapat diberikan tentu dengan melihat secara spesifik kondisi di masing-masing sektor usaha karena berbeda-beda,” kata Hariyadi.

Sejalan dengan hal tersebut, Hariyadi meminta stimulus keuangan korporasi dari pemerintah harus selaras dengan lembaga keuangan/perbankan dan non-bank terkait. Supaya implentasinya kelak tidak dipersulit.

Hariyadi menambahkan dengan prediksi perbaikan ekonomi di tahun depan seiring dengan penanganan pandemi yang membaik, insentif fiskal memang sebaiknya dikurangi. 

Namun, pemerintah tetap perlu sigap menyiapkan kerangka kebijakan fiskal yang mampu menolong dunia usaha apabila di tengah jalan ekonomi kembali memburuk.

Selanjutnya: OJK optimistis melanjutkan momentum pertumbuhan ekonomi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi