Yakon terbukti bisa mengobati diabetes (1)



Tanaman yakon memiliki khasiat bagi kesehatan manusia. Tanam asal pegunungan Andes ini bisa mengobati penyakit diabetes. Tanaman yang populer dengan sebutan pohon insulin ini juga memiliki nilai ekonomis tinggi. Dari hasil panen yakon, pembudidaya bisa meraup omzetRp 150 juta per bulan.

Anda pernah mendengar tanaman yakon? Jika belum, sebaiknya Anda harus mengenal tanaman yang satu ini. Sebab, tanaman yakon atau insulin memiliki khasiat bagi kesehatan manusia. Daun yakon dipercaya bisa mengobati penyakit diabetes.

Yakon (Smallanthus sonchifolia) merupakan tanaman asal Pegunungan Andes, Peru, Amerika Selatan. Tanaman yakon termasuk anggota keluarga bunga matahari dengan daun mirip seledri yang dapat tumbuh hingga tiga meter.


yakon bisa diolah menjadi aneka makanan dan minuman seperti teh, sirup, puding, dan selai. Daun yakon kaya dengan insulin. Kandungan fruktosa yakon terdiri atas 35% fruktosa bebas dan 25% fruktosa terikat. Kandungan fruktosa itu yang mencegah penderita diabetes dari hiperglikemia atau kadar gula darah tinggi.

Salah satu pembudidaya yakon adalah Anto Widy asal Wonosobo, Jawa Tengah. Ia menanam yakon di lahan seluas 1.000 meter persegi sejak 2012. Anto menjual tanaman ini ke para produsen obat herbal secara online. Pelanggannya menyebar di seluruh wilayah Indonesia seperti, Jakarta, Bandung, Kalimantan, Nusa Tenggara, dan Papua.

Menurut Anto, masa panen daun yakon bisa terjadi dalam dua bulan hingga tiga bulan sekali sejak masa tanam. Selanjutnya, daun yakon bisa dipanen setiap tiga minggu sekali. "Tahun ini musim kemaraunya panjang, sudah satu bulan sejak pertama kali tanam, daunnya masih kecil-kecil," ujar Anto.

Anto menambahkan, proses pemetikan daun akan berlangsung selama enam kali hingga delapan kali masa petik, jika yakon ditanam sebelum musim penghujan. Sebab, jika yakon ditanam menjelang musim kemarau, proses pemetikannya hanya berlangsung empat kali. Sekali panen, Anto dapat memetik 1 ton daun yakon.

Harga jual daun dan serbuk yakon terbilang tinggi. Anto biasa menjual daun yakon Rp 200.000 per kilogram (kg). Sementara dalam bentuk serbuk, harganya dibanderol Rp 400.000 per kg. Dalam sebulan, Anto bisa menjual 70 kg. Dengan penjualan sebanyak itu, ia bisa meraup omzet Rp 20 juta per bulan dengan laba Rp 12 juta.

Pembudidaya yakon lainnya adalah Roni Prananta asal Yogyakarta. Dia menanam yakon sejak 2012 di atas lahan seluas 200 meter persegi di kawasan Bantul dan Gunung Lawu. Roni dibantu oleh dua orang petani lain untuk membudidayakan yakon.

Roni bilang, untuk menanam yakon hingga masa panen, butuh waktu 6 bulan-8 bulan. Sekali panen, ia bisa memetik 400 kg daun dan 300 kg umbi basah yakon. Roni menjual daun kering yakon seharga Rp 400.000 per kg dan umbi basah Rp 50.000 per kg. Sekali panen, Roni bisa meraup omzet lebih dari Rp 150 juta.          

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Adi