Yanaprima merugi Rp 17 miliar, ini penyebabnya



KONTAN.CO.ID - Penjualan PT Yanaprima Hastapersada mengalami penurunan di semester 1/2017 sebesar Rp 133 miliar dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yaitu Rp 153 miliar. Yanaprima Hastapersada juga merugi hingga Rp 17 miliar di semester 1/2017. Kejadian ini disebabkan oleh beberapa hal.

Direktur Yanaprima Hastapersada Rinawati mengatakan kondisi pasar yang masih over supply berpengaruh terhadap kurang optimalnya penjualan dan kapasitas produksi. Harga pasar pun bersaing cukup ketat sehingga harga jual tertekan karena adanya depresiasi harga di beberapa daerah yang cukup tinggi yang disebabkan oleh perbedaan upah.

Pada sektor kantung semen, terjadi perubahan pasar menjadi ke block bottom. Sebelumnya, penjualan kantung semen berkontribusi cukup besar dalam meningkatkan nilai penjualan. Saat ini, kondisi pasar beralih ke block bottom di mana harga relatif lebih murah dan harga jual lebih minim.


Selain itu, kondisi pasar Asia turun, seperti Malaysia dan Thailand yang mengalami depresiasi mata uang yang mempengaruhi permintaan ekspor bagi perseroan.

Dari internal Yanaprima Hastapersada, Rinawati menjelaskan kerugian disebabkan karena produksi yang tidak mencapai angka maksimal, meningkatnya upah tenaga kerja, listrik, dan harga bahan baku di mana awal tahun 2016 masih di angka Rp 12.500/kg dan di akhir tahun menjadi Rp 15.500/kg.

“Hal ini menjadi suatu kesulitan bagi Perseroan untuk membebankan kenaikan harga bahan baku tersebut terhadap harga jual karena persaingan harga pasar dari kompetitor lain yang cukup tinggi,” ujar Rinawati kepada KONTAN, Rabu (27/9).

Untuk mengatasi kerugian dan mencapai target penjualan di tahun 2017, perusahaan yang memiliki kode emiten YPAS ini akan meningkatkan kapasitas produksi dengan memperluas pasar, mengoptimalkan utilisasi mesin dengan mencari produk alternatif, khususnya mesin-mesin berukuran sedang, dan peningkatan pasar ekspor. YPAS menargetkan peningkatan pasar ekspor sebesar 15%.

YPAS akan terus menjaga 4 target pangsa pasar mereka, yaitu beras, semen, pupuk, dan tepung terigu. Perusahaan akan terus melakukan inovasi produk dalam bentuk kerjasama dengan salah satu perusahaan asal Thailand.

Bentuk kerja samanya adalah penambahan produk yang saat ini tidak bisa diproduksi oleh pabrikan Indonesia. “Secara internal, Perseroan terus menjalankan efisiensi, efektivitas, dan produktivitas secara ketat,” ujar Rinawati.

YPAS memproyeksikan penjualan hingga akhir tahun sebesar Rp 300 miliar. Sedangkan untuk laba bersih, YPAS sedang dalam tahap review management untuk disesuaikan dengan kondisi terbaru YPAS.

Hingga akhir tahun 2017, YPAS belum ada rencana untuk melakukan ekspansi, penambahan pabrik, dan investasi mesin baru. Rinawati mengatakan bahwa capex yang dianggarkan tahun 2017 digunakan untuk perawatan dan pembaharuan mesin-mesin untuk menunjang efisiensi produktivitas produksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto