KONTAN.CO.ID - JAKARTA. IHSG mulai bergerak naik kembali menuju 6.000 walau ancaman global dan pelemahan rupiah masih terus saja membayangi. Apakah ini artinya investor asing akan segera membaik kembali? Apa yang sebaiknya dilakukan para investor? Berikut ini analisis IHSG dari Liza Lavina Executive VP Intermediary Business Schroder Investment Management Indonesia.
Bagaimana Anda melihat perkembangan terakhir di pasar? Kondisi Indonesia memang sudah banyak perbaikan terutama dari sisi ekonomi juga kebijakan pemerintah sudah cukup friendly untuk asing, tapi yang terpenting sebetulnya aset kita itu murah sekarang, karena dengan adanya penurunan yang kemarin disebabkan sentimen dari global market membuat sebetulnya emiten yang ada di bursa itu terasa jadi cukup murah. Jadi secara keseluruhan pasarnya lebih atraktif dibandingkan sebelumnya.
Bagaimana investor asing melihatnya? Kepemilikan asing sendiri memang terjadi penurunan. kita tahu asing sejak tahun lalu asing sudah keluar di pasar kita, dan kalau kita tarik 1 tahun, 2 tahun dan 3 tahun memang asing mengalami penurunan dari sisi kepemilikan, tapi itu adalah satu, buat kita adalah satu good news ya, jadi kita berharap investor dari dana pensiun kemudian asuransi dan institusi yang ada di Indonesia bisa masuk secara perlahan di pasar kita. Karena kita tahu dengan adanya bantuan dari lokal, pasar kita jadi lebih strong untuk ke depannya. Dan ini adalah kesempatan yang terbaik di mana asing juga sudah keluar cukup banyak. Kedua, asing mungkin tidak akan keluar banyak lagi karena memang sudah sudah banyak. Jadi kita melihat potensi market itu berfluktuasi karena asing keluar massif sudah sangat berkurang, jadi kita akan melihat perbaikan pasarnya akan sangat terasa apabila kebijakan pemerintah dalam mengantisipasi kondisi global memang sangat tepat sasaran, terutama kestabilan Rupiah, karena kalau asing itu lihatnya kalau rupiahnya stabil mereka pasti akan coba masuk ke dalam portofolio. Walaupun mungkin kalau dari sisi ekonomi, masuk portofolio dalam jangka pendek memang baik, tapi kita memang menunggu asing itu masuk di sektor real sehingga bisa bertahan cukup panjang.
Untuk ke depan kondisinya apakah akan menjadi lebih buruk, dengan proyeksi kenaikan The Fed dan rebalancing saham Indonesia di Indeks MSCI Emerging Market? Memburuk secara signifikan diprediksi mungkin tidak, tapi berfluktuasi ada. Karena kalau kita lihat dengan adanya kenaikan The Fed di mana penguatan dolar akan terjadi sehingga berimplikasi kepada rupiah memang akan membuat pasar berfluktuasi likuiditasnya. Berikutnya begitu juga dengan adanya rebalancing MSCI, kita suka gak suka, senang tidak senang dengan adanya rebalancing memang akan mengikis sebetulnya porsi negara-negara yang lain karena China akan mendapatkan porsi yang lebih besar. Cuma itu kita melihatnya secara temporer saja, karena memang kita melihat perbaikan ekonomi dari Indonesia itu sudah terlihat, terutama kalau kita lihat dari data terakhir pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan kenaikannya sebesar 5,27%. Itu merupakan sinyal yang lumayan baik dan juga sebetulnya perbaikan Rupiah. Rupiah itu lebih stabilya saat ini.
Apa saran yang terbaik bagi investor? Untuk investor yang biasa berinvestasi di obligasi maupun di saham maupun di reksadana, sebetulnya dengan adanya fluktuasi harga seperti ini memberikan peluang bagi investor untuk masuk di harga yang lebih murah.
Jadi kita lihat kalau pasarnya naik terus kan akhirnya investor akan mendapatkan harga yang mahal. Tapi dengan adanya fluktuasi harga seperti ini, dengan masuk secara bertahap, dan kemudian kita mencoba melihat apa fluktuasi harga yang ada sebenarnya justru investor memberikan peluang dan jendela untuk mendapatkan harga yang lebih murah. Nah kemudian pertanyaannya, apakah masuknya di aset obligasi atau saham, sebetulnya kedua aset ini sudah murah di mana yang obligasi ada di kisaran 7,8% sampai 8% itu adalah salah satu yang kita lihat atraktif dari sisi yield. Dan berikutnya dari sisi saham sendiri di mana kalau terakhir ini valuasi harga (Price Earning Ratio) saham sekitar 15. Terendah kemarin sempat di angka 14. Tentu ini menari untuk investor yang mencoba masuk di pasar saham, baik itu langsung atau melalui reksadana. Nah sekarang yang terpenting dengan fluktuasi harga yang sekarang adalah investor itu bisa mengelola risiko yang ada. Dengan cara berinvestasi secara bertahap, lihat profil risiko, dan juga tujuan investasi. Jadi kalau tujuan investasi kita sudah jelas, risiko kita juga yang bisa kita manage sudah jelas, dan juga kita masuk secara bertahap baik itu averaging down maupun averaging up. Itu adalah yang terbaik saat ini untuk investor bisa merasakan fluktuasi harga dan menikmati return di pasar kita.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Djumyati P.