Yen Anjlok ke Level Terendah Dalam 38 Tahun, Pasar Menantang Otoritas Untuk Bertindak



KONTAN.CO.ID - TOKYO. Yen mencapai titik terendah baru dalam 38 tahun terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan rekor terendah terhadap euro pada hari Rabu. Mata uang Negeri Sakura terus merosot, dengan sebagian besar pejabat Jepang tetap waspada di tengah risiko intervensi.

Dolar melemah terhadap sejumlah mata uang. Dolar AS melanjutkan penurunan yang terjadi kemarin setelah komentar dovish dari Ketua Federal Reserve Jerome Powell menutupi laporan pekerjaan domestik yang kuat.

Euro tetap tangguh, dibantu oleh tingginya angka inflasi lokal pada hari Selasa yang menunjukkan Bank Sentral Eropa akan mengambil waktu sebelum menurunkan suku bunga lagi. Sterling stabil menjelang pemilu Inggris hari Kamis.


Yen melemah sebanyak 0,3% menjadi 161,94 per dolar AS untuk pertama kalinya sejak Desember 1986. Yen juga mencapai titik terendah sepanjang masa di 173,80 terhadap euro.

Otoritas Jepang sebagian besar bersikap tenang terhadap yen pada pekan ini. Menteri Keuangan Shunichi Suzuki hanya berkomentar pada hari Selasa bahwa pergerakan yen diawasi dengan waspada. Dia menahan diri untuk tidak mengulangi peringatan yang sering digunakan bahwa kementerian siap bertindak.

Baca Juga: Kurs Rupiah Jisdor Melemah Tipis ke Rp 16.387 Per Dolar AS, Rabu (3/7)

Atsushi Mimura mengambil alih jabatan otoritas mata uang Kementerian Keuangan pada akhir bulan ini, menggantikan Masato Kanda. Kanda telah mengawasi putaran intervensi senilai 9,8 triliun yen (US$ 60,67 miliar) yang berlangsung selama beberapa hari pada akhir April dan awal Mei. Di periode tersebut, mata uang yen anjlok menjadi 160,82 per dolar.

"Saat ini, pasar valuta asing menantang otoritas Jepang untuk melakukan sesuatu. Anda memahami bahwa pasar akan terus mendorong dolar/yen lebih tinggi sampai pembuat kebijakan di Jepang meresponsnya," kata Michelle Metcalfe, kepala strategi makro di State Street Global Advisors kepada Reuters.

Beberapa pihak berspekulasi bahwa otoritas Jepang akan mengambil tindakan pada hari Kamis, ketika likuiditas yang tipis akibat libur AS akan memperburuk pergerakan pasar.

Para analis juga menunjukkan peningkatan kemungkinan kepemimpinan Donald Trump yang kedua akan berdampak pada yen. Karena kebijakan Trump dipandang cenderung mengarah pada kenaikan imbal hasil obligasi AS, yang cenderung diikuti oleh pairing USD/JPY.

“Kepresidenan Trump kemungkinan akan menyebabkan defisit fiskal, inflasi, dan imbal hasil (yield) yang lebih tinggi pada pertengahan hingga jangka panjang kurva suku bunga AS, melawan dampak penurunan suku bunga The Fed,” kata Tony Sycamore, analis pasar di IG. Hal ini akan meningkatnya risiko dan mendorong target USD/JPY lebih tinggi yang menunjukkan pelemahan yen. 

Indeks dolar, yang mengukur mata uang AS terhadap euro, sterling, yen dan tiga mata uang utama lainnya, turun 0,1% menjadi 105,61.

Baca Juga: Kurs Rupiah Spot Menguat 0,15% ke Rp 16.371 Per Dolar AS, Rabu (3/7)

Pada konferensi Bank Sentral Eropa di Sintra, Portugal kemarin, Powell mengatakan bahwa perekonomian AS telah mencapai kemajuan signifikan dalam hal inflasi. Bahkan ketika ia menambahkan bahwa perlu lebih banyak data yang mendukung untuk mulai memotong suku bunga.

Data AS semalam menunjukkan lowongan pekerjaan meningkat pada bulan Mei setelah mencatat penurunan yang sangat besar dalam dua bulan sebelumnya. Laporan gaji bulanan yang diawasi ketat akan dirilis pada hari Jumat.

Inflasi Zona Euro mereda pada bulan lalu. Tetapi komponen jasa yang penting masih tetap tinggi. Alhasil, hal ini memicu kekhawatiran bahwa inflasi akan tetap pada level yang tinggi.

Euro naik 0,15% menjadi $1,0761. Sterling naik tipis 0,1% menjadi $1,26995, setelah naik 0,28% pada hari Selasa.

Baca Juga: Harga Emas Diproyeksi Lanjut Menguat, Seiring Melemahnya Dolar AS

Partai Buruh yang beroposisi diperkirakan akan menang dalam pemilu hari Kamis, mengakhiri 14 tahun pemerintahan Konservatif di Inggris. Keuangan Inggris yang ketat berarti pemerintahan baru akan memiliki sedikit ruang untuk meningkatkan belanja. Ini akan berpotensi menghilangkan katalis pelemahan sterling dan menjaga volatilitas tetap terkendali.

Sementara dolar Australia naik 0,2% menjadi $0,668, dibantu oleh data penjualan ritel yang lebih baik dari perkiraan. Data terbaru ini menjaga risiko kenaikan suku bunga Reserve Bank lainnya tetap hidup.

Yuan Tiongkok merosot ke level terendah delapan bulan dalam perdagangan luar negeri di tengah tanda-tanda bahwa pemerintah setempat bersedia menoleransi penurunan mata uang tersebut. Hal ini juga didorong oleh angka indeks manajer pembelian jasa (PMI) Caixin/S&P Global yang terendah sejak Oktober.

Yuan mengakhiri sesi dalam negeri pada 7,2734 per dolar, menandai penutupan terlemahnya sejak 14 November. Nilai tukar yuan sedikit di atas batas bawah kisaran perdagangan harian di 7,2738.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati