JAKARTA. Yen jatuh di level terendah dalam tujuh tahun terhadap dollar AS. Ini setelah selama empat bulan, inflasi Jepang melambat. Mengutip Bloomberg, Jumat (26/12), pasangan EUR/JPY turun 0,16% dibanding hari sebelumnya ke 146,6. Pasangan USD/JPY naik 0,17% menjadi 120,31. Sementara pasangan AUD/JPY naik 0,22% menjadi 97,7320. Yen melemah terhadap sebagian besar dari 16 mata uang utama. Ini memicu spekulasi Bank Sentral Jepang (BoJ) bakal menggelontorkan stimulus tambahan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi. Bahkan, BoJ tengah menyiapkan paket stimulus baru ¥ 3,5 triliun.
Data Biro Statistik Jepang Jumat (26/12) menunjukkan, inflasi di luar konsumsi Jepang pada bulan November (year on year) lalu hanya mencatatkan pertumbuhan 2,7%. Angka ini lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya di angka 2,9%. Sementara inflasi inti turun dari 0,9% menjadi 0,7%. Selain itu, upah rata-rata tenaga kerja pada periode yang sama minus 1,5%. Angka ini lebih rendah ketimbang estimasi 0,5%. "Tren membeli dollar AS dan menjual yen tetap kuat, sehingga ini level nyaman," ujar Kengo Suzuki, Kepala Strategi Currency Mizuho Securities Co di Tokyo kepada Bloomberg. Endro Singgih, Analis PT Millenium Penata Futures, mengatakan, pasangan EUR/JPY relatif bergerak mendatar untuk hari keempat. Tampaknya, para pelaku pasar tak terlalu merespons buruknya indikator ekonomi Jepang, sebab perdagangan beberapa pasar saham tutup. Data ekonomi Jepang juga tidak ada yang berdampak signifikan. Di jangka pendek, pasangan EUR/JPY berpeluang koreksi. Pergerakan EUR/JPY yang menyentuh level 146,45 berpotensi membalikkan keadaan menuju rebound. “Hari ini, pelaku pasar juga menanti angka penjualan ritel Jerman. Jika data ini positif, maka EUR/JPY berpeluang berbalik arah," ujar Endro. Alwy Assegaf, Analis PT SoeGee Futures, menuturkan, dollar AS melemah karena tidak ada lagi data penting yang ditunggu pelaku pasar pada akhir tahun ini. Namun, secara jangka panjang pasangan USD/JPY akan tetap menjaga tren naik.
Ini lantaran kebijakan moneter Bank Sentral AS alias The Fed dan Bank Sentral Jepang (BoJ). "Perekonomian Jepang mulai memasuki resesi. Jepang masih perlu menambah stimulus. Sementara The Fed telah bersiap-siap menaikkan suku bunga pada tahun depan," ujar Alwy. Zulfirman Basir, Senior Research and Analyst PT Monex Investindo Futures, menjelaskan, pasangan AUD/JPY menguat lantaran inflasi Jepang melambat. Kondisi pasangan ini berdampak pada semakin sulitnya BoJ dalam mencapai target inflasi sekitar 2%. Kondisi ini menunjukkan ekonomi Jepang masih rapuh. "Kondisi ini membuka peluang bagi BoJ menambahkan stimulus moneter pada tahun depan," ujar dia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Avanty Nurdiana