KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penawaran yang masuk pada lelang Surat Utang Negara (SUN), Selasa (22/6), tetap solid di tengah kondisi pasar global dan domestik yang sedang fluktuatif pasca rilis hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pekan lalu. Analis melihat kenaikan yield di pasar obligasi saat ini justru menambah daya tarik investor. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, hasil lelang SUN pekan ini membawa penawaran masuk sebesar Rp 69,95 triliun. Direktur Surat Utang Negara (SUN) Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan Deni Ridwan menilai hasi lelang kali ini cukup solid di tengah kondisi pasar global dan domestik yang sedang berfluktuatif pasca rilis hasil rapat FOMC pekan lalu.
Jumlah penawaran solid karena juga didukung likuiditas sektor keuangan pasar domestik yang masih relatif tinggi.
Baca Juga: Pasar fluktuatif, total penawaran lelang SUN hari ini (22/6) capai Rp 69,95 triliun "Jumlah penawaran yang masuk pada lelang hari ini lebih tinggi dibandingkan dengan target lelang SUN yang diumumkan," kata Deni, dalam keterangan tertulis, Selasa (22/6). Namun, jumlah penawaran yang masuk di lelang pekan ini lebih rendah dibanding penawaran yang masuk pada lelang dua pekan lalu yang sebesar Rp 78,46 triliun. Head of Fixed Income Sucorinvest Asset Management Dimas Yusuf juga menilai hasil lelang SUN solid di tengah adanya kenaikan yield. "Penurunan penawaran yang masuk tidak dalam jika dibandingkan lelang SUN sebelumnya, ini menggambarkan bahwa pelaku pasar mulai percaya diri masuk ke pasar obliasgi Indonesia," kata Dimas, Selasa (22/6). Tercatat, permintaan banyak masuk ke seri FR0086 bertenor 5 dan seri FR0087 bertenor 10 tahun. Porsi penawaran di kedua seri tersebut mencapai 74,5% dari total penawaran. Deni juga mencatat proporsi partisipasi investor domestik di lelang kali ini meningkat, yaitu mencapai 81,3%. Sebagai perbandingan, investor domestik di lelang SUN sebelumnya sebesar 80,9% dari total penawaran yang masuk. Sementara sekitar 18,7% penawaran berasal dari investor asing yang memburu paling banyak ke tenor 5 tahun 10 tahun. Sementara, pergerakan yield di lelang kali ini cenderung naik. Deni mencatat terdapat kenaikan rata-rata yield tertimbang obligasi negara sebesar 4 bps-20 bps jika dibandingkan pada lelang sebelumnya. Sementara, terjadi penurunan rata-rata yield yang dimenangkan sebesar 11 basis poin pada seri tenor 5 tahun.
Baca Juga: Lonjakan Kasus Covid-19 Bisa Tekan Minat di Pasar Obligasi Di satu sisi Dimas mengatakan kenaikan yield justru menjadi daya tarik tambahan bagi investor. Sementara dengan ketegasan pemerintah memberlakukan pengetatan aktivitas kembali hal ini bisa meredam kekhawatiran gejolak pasar akan pandemi Covid-19. "Setelah ada arahan dari pemerintah kekhawatiran tentang pandemi hanya akan terjadi sesaat, ke depan yield berpotensi turun kembali jika situasi dalam negeri tenang terkendali serta pergerakan yield US Treasury tidak naik banyak," kata Dimas. Deni mengatakan dengan mempertimbangkan rencana kebutuhan pembiayaan 2021, yield yang wajar di pasar sekunder, serta pemenuhan pasokan SUN dari pasar perdana, pemerintah memutuskan untuk memenangkan permintaan sebesar Rp 30 triliun. "Dengan jumlah SUN yang dimenangkan tersebut pemerintah tidak memerlukan penyelenggaraan lelang SUN tambahan (
green shoe option)," kata Deni.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi