KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Covid-19 menekan Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG) sejak awal tahun. Penurunan pasar saham ini menyebabkan
yield dividen yang dibagikan tahun ini menjadi lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Asal tahu saja, menurut data RTI, IHSG sudah terkoreksi hingga 26,20% sejak awal tahun. Jika dilihat setahun ke belakang, IHSG menurun lebih dalam 28,50%. Berdasar catatan Kontan.co.id, beberapa saham anggota indeks IDX High Dividend 20 sudah membagikan dividen seperti PT Bank Negara Indonesia Tbk (
BBNI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (
BBRI), dan PT Bank Mandiri Tbk (
BMRI).
Mengacu pada harga saham pada penutupan perdagangan Kamis (9/4),
yield dividen BMRI menjadi yang tertinggi hingga 7,57%. Disusul dengan
yield dividen BBRI sebesar 6,03%, dan
yield dividen BBNI 5,17%.
Yield ini lebih tinggi ketimbang
yield pada saat pembagian dividen karena harga saham bank-bank pelat merah ini sudah merosot ketimbang bulan lalu.
Baca Juga: Ini prediksi para ekonom tentang hasil RDG Bank Indonesia (BI) bulan ini Sementara itu, PT Bank Central Asia Tbk (
BBCA) yang baru saja menggelar rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) Kamis (9/4) yang lalu mengumumkan akan membagikan dividen sebesar Rp 555 per saham. Dengan demikian,
yield dividen BBCA mencapai 1,98% karena pada penutupan perdagangan hari itu saham BBCA seharga Rp 27.975 per saham.
Yield dividen yang diterima pemegang saham tahun ini cenderung lebih tinggi dibanding dengan tahun sebelumnya. Selain karena nilai dividen per saham yang dibagikan lebih tinggi dari tahun lalu, harga saham yang tertekan sejak awal tahun mengerek
yield dividen tahun ini. Asal tahu saja,
yield dividen dapat dihitung dengan membagi nilai nominal dividen yang dibagi per saham dengan harga saham terakhir. Biasanya, semakin tinggi
yield dividen, semakin menarik suatu saham.
Baca Juga: Ekonom CORE: Setoran dividen BUMN diproyeksi cuma Rp 30 triliun hingga Rp 40 triliun Direktur Avere Investama Teguh Hidayat mengamati saham-saham tahun ini memang akan mencetak
yield dividen yang lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. Akan tetapi, hal itu tidak begitu menarik sebab kenaikannya didominasi oleh penurunan harga saham, bukan kenaikan nilai dividen per saham. Menurut Teguh, berburu saham dengan
yield dividen tinggi menjadi hal yang menarik jika pasar dalam kondisi yang wajar. Untuk saat ini investor lebih tertarik terhadap saham-saham yang memungkinkan naik signifikan setelah pandemi Covid-19 ini selesai. "Kami beli sahamnya itu bukan karena mengejar dividen. Tetapi kalau misal
recover, saham itu naik profitnya bisa ratusan persen," ungkap Teguh kepada Kontan.co.id, Minggu (12/4).
Baca Juga: Pergerakan IHSG Dibayangi PSBB Adapun saham-saham yang akan pulih terlebih dahulu dari Covid-19 adalah saham sektor farmasi dan sektor barang konsumsi. Sementara untuk saham sektor perbankan cenderung lebih lambat. Sentimen pemberatnya adalah kebijakan pemerintah yang memberikan kelonggaran kepada debitur, khususnya UMKM, dalam pembayaran kredit. Hal itu membentuk persepsi pasar bahwa kinerja perbankan akan lesu tahun ini. Menurut Teguh, sektor perbankan akan kembali pulih jika keadaan ekonomi sudah mulai membaik. Oleh karena itu, stimulus-stimulus dari pemerintah diperlukan agar kondisi perekonomian tidak terlalu menurun.
Untuk emiten yang belum mengumumkan pembagian dividen, Teguh memperkirakan ada potensi dividen per saham yang dibagikan tahun ini akan lebih kecil dibandingkan dengan tahun sebelumnya, atau bahkan ditunda. Dia mencontohkan PT Matahari Department Store Tbk (
LPPF) yang akhirnya membatalkan pembayaran dividen untuk tahun buku tahun 2020. Sebelumnya, LPPF berencana akan membagikan dividen hingga 30%.
Baca Juga: Sejumlah sentimen positif ini akan menyokong pergerakan IHSG di awal pekan Asal tahu saja, LPPF merupakan salah satu emiten yang sangat terdampak dengan pandemi Covid-19. Perusahaan ritel yang menjual pakaian itu telah menutup seluruh gerai yang dimilikinya selama 14 hari terhitung sejak akhir Maret 2020. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati