Yield masih menarik, pemerintah optimistis aliran dana asing masih mengalir ke SBN



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Guna menggenjot pertumbuhan ekonomi Indonesia, pemerintah akan menjalankan berbagai stimulus guna menarik dana asing ke dalam negeri. Salah satunya lewat instrumen Surat Berharga Negara (SBN). Meski suku bunga acuan di Indonesia turun, namun hal ini diyakini tak akan menurunkan minat asing untuk masuk ke pasar SBN.

Pemerintah pada Kamis pekan lalu mengeluarkan kebijakan moneter dengan memangkas suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI 7-Day Reserve Repo Rate (BI 7-DRR) sebesar 25 basis points (bps) menjadi 5,75%.

Penurunan suku bunga ini tentu akan berdampak terhadap yield penerbitan SBR mendatang. 


Direktur Surat Utang Negara DJPPR Loto Srinaita Ginting menilai meski suku bunga turun investor asing diyakini masih menganggap yield SBN emerging market termasuk Indonesia lebih menarik dibandingkan dengan yield surat utang dari negara-negara maju.

Alasannya secara fundamental, ekonomi Indonesia sangat baik. Ditandai dengan inflasi dan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) yang terjaga. Di sisi lain sentimen dari global pun mendukung internal, di mana beberapa bank central global seperti The Federal Reserve dan European Central Bank (ECB) bernada dovish.

Sehari setelah BI memangkas suku bunga acuan, tercatat kepemilikan asing di SBN pada  19 Juli 2019 berada di posisi Rp 1.010,5 triliun atau 39,27% dari total outstanding SBN denominasi rupiah. Angka ini turun sebesar 0,08% atau sekitar Rp 810 miliar dibandingkan dengan sehari sebelumnya.

Loto meyakini hal tersebut diperkirakan hanya disebabkan oleh aksi ambil untung atau profit taking oleh investor asing. Dia masih optimistis aliran dana asing masih terkucur deras si sisa tahun ini terhadap minat SBN.

Sebab, secara year to date (ytd) hingga 22 Juli 2019 terjadi peningkatan kepemilikan asing sebesar Rp 117,29 triliun atau 13,13% dengan penurunan yield SUN 10 tahun sebesar 76 bps (ytd).

Loto menerangkan hal itu karena adanya kecenderungan penurunan tingkat bunga yang terjadi di pasar global dan domestik. Sehingga, terdapat potensi penurunan biaya penerbitan utang pemerintah. 

Savings tersebut dapat memberi ruang untuk melakukan pengelolaan portofolio utang yg lebih aktif,” kata Loto kepada Kontan.co.id, Selasa (22/7).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi