JAKARTA. Minat investor terhadap sukuk ritel cukup tinggi. Itu yang tampak dari hasil pemasaran awal obligasi halal ini. Meski yakin sukuk ritel laris, agen penjual masih menanti imbal hasil (yield) sukuk itu yang akan diumumkan pemerintah hari ini. "Sebab, meski minat banyak, hasil pemasaran awal belum bisa menunjukkan gambaran penjualan," kata Desimon, Direktur Trimegah Securities, salah satu agen penjual sukuk negara ritel, kemarin. Ia bilang, hasil penjualan akan tergantung seberapa pemerintah berani memberi imbal hasil. Analis obligasi Danareksa Sekuritas Budi Susanto menilai, minat investor besar lebih karena sukuk ritel merupakan produk baru. "Mereka ingin tahu seperti apa produk sukuk ritel," tandas Budi. Desimon berharap, besaran imbal hasil sukuk ritel yang ditetapkan pemerintah masih lebih baik ketimbang tingkat bunga deposito, imbal hasil Obligasi Negara Ritel (ORI) dan imbal hasil SUN. Apalagi, imbal hasil sukuk tetap kena pajak hingga 20%. Nah, kalau pemerintah berani memberi imbal hasil lebih tinggi dari ketiga produk tersebut, sukuk ritel perdana ini tentunya akan laris. Apalagi, Head of Debt Capital Market BNI Securities Sukartono bilang, tren suku bunga sedang turun. BNI Securities yang juga menjadi salah satu dari 13 agen penjual sukuk negara ritel menargetkan bisa menjual Rp 250 miliar. Sementara Danareksa Sekuritas menargetkan bisa menjual sukuk negara ritel hingga Rp 200 miliar sejak 30 Januari 2009 hingga 20 Februari 2009. Menurut Budi, Danareksa menetapkan target penjualan sukuk ritel itu berdasar penjualan ORI 5. Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan Rahmat Waluyanto mengaku belum bisa menentukan besaran target penjualan sukuk ini. "Targetnya tergantung kemampuan agen penjual untuk menjual sukuk ritel," ujarnya. Untuk menjual sukuk ritel ini, pemerintah menyiapkan aset dasar hingga Rp 13,5 triliun. Namun, aset dasar ini belum tentu dipakai semua untuk sukuk ritel. Soalnya pemerintah juga berencana menerbitkan sukuk global. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Yield Menarik, Sukuk Ritel Bisa Laris Manis
JAKARTA. Minat investor terhadap sukuk ritel cukup tinggi. Itu yang tampak dari hasil pemasaran awal obligasi halal ini. Meski yakin sukuk ritel laris, agen penjual masih menanti imbal hasil (yield) sukuk itu yang akan diumumkan pemerintah hari ini. "Sebab, meski minat banyak, hasil pemasaran awal belum bisa menunjukkan gambaran penjualan," kata Desimon, Direktur Trimegah Securities, salah satu agen penjual sukuk negara ritel, kemarin. Ia bilang, hasil penjualan akan tergantung seberapa pemerintah berani memberi imbal hasil. Analis obligasi Danareksa Sekuritas Budi Susanto menilai, minat investor besar lebih karena sukuk ritel merupakan produk baru. "Mereka ingin tahu seperti apa produk sukuk ritel," tandas Budi. Desimon berharap, besaran imbal hasil sukuk ritel yang ditetapkan pemerintah masih lebih baik ketimbang tingkat bunga deposito, imbal hasil Obligasi Negara Ritel (ORI) dan imbal hasil SUN. Apalagi, imbal hasil sukuk tetap kena pajak hingga 20%. Nah, kalau pemerintah berani memberi imbal hasil lebih tinggi dari ketiga produk tersebut, sukuk ritel perdana ini tentunya akan laris. Apalagi, Head of Debt Capital Market BNI Securities Sukartono bilang, tren suku bunga sedang turun. BNI Securities yang juga menjadi salah satu dari 13 agen penjual sukuk negara ritel menargetkan bisa menjual Rp 250 miliar. Sementara Danareksa Sekuritas menargetkan bisa menjual sukuk negara ritel hingga Rp 200 miliar sejak 30 Januari 2009 hingga 20 Februari 2009. Menurut Budi, Danareksa menetapkan target penjualan sukuk ritel itu berdasar penjualan ORI 5. Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan Rahmat Waluyanto mengaku belum bisa menentukan besaran target penjualan sukuk ini. "Targetnya tergantung kemampuan agen penjual untuk menjual sukuk ritel," ujarnya. Untuk menjual sukuk ritel ini, pemerintah menyiapkan aset dasar hingga Rp 13,5 triliun. Namun, aset dasar ini belum tentu dipakai semua untuk sukuk ritel. Soalnya pemerintah juga berencana menerbitkan sukuk global. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News