Yield menurun, penyerapan pemerintah juga menurun dalam lelang sukuk negara hari ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Minat investor pada lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atawa sukuk negara meningkat tipis. Sementara, yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan pemerintah dalam lelang kali ini cenderung menurun. 

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, hasil lelang SBSN Selasa (5/10), menunjukkan jumlah penawaran yang masuk naik tipis ke Rp 46,07 triliun. Penawaran yang masuk dalam lelang dua pekan lalu sebesar Rp 45,37 triliun. 

Senior Economist Samuel Sekuritas Fikri C. Permana memandang hasil lelang SBSN sukses karena jumlah penawaran yang masuk berhasil naik. Minat pada lelang Surat Utang Negara (SUN) masih cenderung menurun dan pasar sekunder masih cenderung sepi, tetapi Fikri melihat hasil lelang SBSN berhasil naik. 


Baca Juga: Minat investor pada lelang SBSN naik jadi Rp 46,06 triliun

Bahkan, yield rata-rata yang dimenangkan cenderung menurun. Artinya, permintaan dari investor memang tinggi. Apalagi penerbitan lelang jelang sisa akhir tahun berpotensi lebih rendah, sehingga investor memanfaatkan kesempatan yang ada saat ini untuk masuk ke pasar. 

Dari enam seri yang ditawarkan, seri PBS029 mendapat penawaran tertinggi sebesar Rp 11,47 triliun. Seri tersebut memiliki yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan di 6,35%. Posisi yield tersebut menurun dari lelang dua pekan lalu yang berada di 6,38%. PBS029 akan jatuh tempo di 15 Maret 2034. 

Tidak kalah ramai, seri PBS031 yang jatuh tempo pada 15 Juli 2024 juga mendapat penawaran yang tinggi dari investor, sebesar Rp 10,29 triliun. Seri ini memiliki yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan sebesar 4,19%. Posisi yield tersebut menurun dari lelang dua pekan lalu yang sebesar 4,21%. 

Sementara, seri PBS032 mendapat penawaran yang paling rendah dari investor di Rp 4,57 triliun. Seri yang jatuh tempo pada 15 Juli 2026 ini memiliki yield rata-rata tertimbang di 4,92%. Posisi yield tersebut menurun dari lelang dua pekan lalu di 4,96%. 

Baca Juga: Pemerintah meraup Rp 249 triliun dari lelang SBN dan SBSN pada kuartal ketiga 2021

Dalam lelang SBSN kali ini, pemerintah menyerap Rp 5 triliun. Jumlah tersebut lebih rendah dari serapan lelang SBSN dua pekan lalu yang sebesar Rp 6,1 triliun. 

Fikri melihat pemerintah menurunkan penyerapannya karena belanja pemerintah jelang akhir tahun mulai berkurang sementara penerimaan negara sudah mencukupi. "Ada pula kelebihan dana anggaran tahun lalu, jadi antisipasi akan faktor tersebut yang membuat pemerintah di kuartal ketiga 2021 cenderung menahan diri dalam menyerap hasil lelang," kata Fikri. 

Fikri memproyeksikan hingga akhir tahun, minat investor pada lelang akan tetap stabil. Sentimen positif datang dari likuiditas dalam negeri yang masih tinggi. Meski begitu, risiko yang membayangi pasar lelang jelang akhir tahun adalah tapering off Amerika Serikat yang rencananya berlangsung di November mendatang. 

Senada, Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengatakan pemerintah memiliki daya tawarnya di tengah pemenuhan kebutuhan pendanaan mulai terpenuhi. "Strategi pemerintah sebagai penerbit surat utang tetap baik di pasar obligasi," kata Ramdhan. 

Ke depan Ramdhan memproyeksikan jumlah penawaran di lelang SBSN selanjutnya berpotensi masih ramai di rentang Rp 40 triliun hingga Rp 50 triliun. 

Baca Juga: Investor diprediksi membidik tenor panjang di lelang SBSN, Selasa (5/10)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati