Yield obligasi naik, ini dampaknya ke reksadana



JAKARTA. Kenaikan suku bunga acuan (BI rate) sebesar 50 basis poin menjadi 7% turut mengerek tingkat yield pada instrumen keuangan seperti obligasi dan Surat Utang Negara (SUN). Dampak lainnya, harga obligasi pun tertekan atau menurun.Nah, bagaimana dampaknya pada reksadana? Apalagi, reksadana biasa menempatkan dananya pada obligasi, saham, dan pasar uang lainnya.Zulfa Hendri Direktur Danareksa Investment Management mengungkapkan, koreksi yang terjadi pada harga obligasi akan mempengaruhi reksadana fixed income. "Return reksadana fixed income juga akan terkoreksi,” jelasnya. Dia menjelaskan, hal tersebut karena mayoritas dana reksadana fix income ditempatkan pada obligasi.Dalam kondisi yang demikian, hal yang perlu dilakukan oleh fund manager yaitu memperbesar porsi dana tunainya. Kedua, memperpendek durasi pada portofolio. "Jika biasanya reksadana ditempatkan pada durasi antara 5-10 tahun, kali ini harus ditempatkan pada durasi antara 4-6 tahun," imbuh Zulfa.Nah, bagi reksadana yang berjenis campuran, dia menilai reksadana tersebut lebih fleksibel karena ada berbagai instrumen penyimpanan di dalamnya seperti saham, obligasi, dan pasar uang.Sementara, Wendy Iskandar dari PT Mandiri Manjemen Investasi mengatakan, kenaikan yield pada obligasi akan berdampak pada  reksadana berbasis obligasi. Menurut dia, pada simpanan ini, NAB akan mengalami penurunan.

"Namun, selama belum dijual, penurunan NAB ini bersifat potensial. Sedangkan apabila dijual, penurunan tersebut akan terealisasi," jelas Wendy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Barratut Taqiyyah Rafie