Yield Obligasi Naik, Permintaan Kredit Korporasi di Perbankan Bakal Meningkat



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bankir optimistis penyaluran kredit korporasi makin deras jelang akhir tahun. Sebab, kenaikan suku bunga acuan membuat penerbitan obligasi lebih mahal dibandingkan bunga kredit perbankan yang belum naik saat ini.

Berdasarkan Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), suku bunga dasar kredit (SBDK) korporasi di beberapa bank besar berkisar 4,36% hingga 14,2%, tergantung tipe bank penyalur. Paling rendah dari JP Morgan  Chase Bank sebesar 4,36% dan paling tinggi dari Bank Capital di level 14,22%. Namun, untuk bank besar rata-rata SBDK korporasi di rentang 7% hingga 8%.

Sedangkan, Outlook Economy Update dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), yield obligasi korporasi mayoritas naik dengan tendensi mengikuti kenaikan yield obligasi pemerintah. Tenor obligasi jangka pendek naik lebih moderat dibandingkan dengan tenor jangka lebih panjang.


Misalnya, yield peringkat AAA tenor 3 tahun naik 7 asis poin (bps) menjadi 6,44% pada Jumat, 23 September 2022. Sedangkan, peringkat AAA tenor 5 tahun naik 17 bps menjadi 7,08%. Adapun, yield peringkat BBB tenor 3 tahun dan 5 tahun naik 7 bps dan 16 bps menjadi 10,96% dan 11,63%.

PT Bank CIMB Niaga Tbk mencermati penyaluran kredit korporasi makin deras di penghujung tahun. Direktur Bisnis Bank CIMB Niaga Rusly Johannes menyatakan tren kenaikan suku bunga menjadi sentimen positif bagi bisnis korporasi.

“Awareness corporate itu lebih tinggi saat tren suku bunga tinggi. Terlihat berbagai perusahaan mulai mencari pendanaan lebih awal dari perbankan. Sedangkan untuk mencari dana dari obligasi, bunga yang ditawarkan sudah naik karena ekspektasi kenaikan bunga acuan,” ujar Rusly belum lama ini.

Baca Juga: Bank CIMB Niaga Catatkan Pertumbuhan Kredit Korporasi 12% Per Agustus 2022

Rusly menyebut, bunga kredit korporasi relatif lebih murah dibandingkan segmen lain. Adapun suku bunga dasar kredit (SBDK) korporasi Bank CIMB Niaga 8% per tahun saat ini.

Ia menyatakan, penyaluran kredit korporasi Bank CIMB Niaga tumbuh di kisaran 12% year on year (yoy) pe Agustus 2022. Penopangnya dari sektor pertambangan di saat komoditas yang tengah bagus, terutama dari industri nikel.

Kendati demikian, CIMB Niaga lebih fokus menyasar korporasi yang bisa bertahan dan tetap bertumbuh saat Covid-19 melanda. Ia mencontohkan membidik industri FMCG, kesehatan dan farmasi, dan sektor makanan.

“Sampai akhir tahun, kami optimistis kredit korporasi terus tumbuh. Tapi, CIMB Niaga itu konsisten pertumbuhan di sektor ritel dan UMKM. Untuk kredit korporasi, kita akan tetap tumbuh sesuai market,” jelasnya.

Kendati demikian, Rusly menyebut, masih ada beberapa debitur yang tengah menyelesaikan program restrukturisasi terdampak Covid-19. CIMB Niaga akan memantau dan memastikan nasabah bisa kembali pulih dan menyelesaikan kewajibannya.

 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk juga mengoptimalkan bisnis wholesale sebagai kekuatan inti. Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengatakan, pihaknya akan fokus mengintensifkan pertumbuhan bisnis value chain berbasis ekosistem nasabah.

“Tak lupa, potensi kewilayahan dan sinergi perusahaan anak akan menjadi competitive advantage untuk menghadirkan layanan yang terbaik dan termodern, serta mendorong pertumbuhan bisnis yang konsisten dan berkelanjutan,” ujarnya, Minggu (2/10).

Bank Mandiri berhasil menyalurkan wholesale banking mencapai Rp 580,18 triliun di akhir delapan bulan pertama 2022. Nilai itu tumbuh hingga 8,36% year on year (YoY) dari Rp 535,41 triliun pada Agustus 2021.

Kinerja wholesale ini mampu mendorong pertumbuhan kredit Bank Mandiri secara bank only 9,89% yoy menjadi Rp 887,33 triliun per Agustus 2022. Pertumbuhan kredit tersebut juga selaras dengan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) per Agustus 2022 yang mencapai 11,10% YoY menjadi Rp 1.036,65 triliun secara bank only.

Seiring dengan kondisi perekonomian domestik yang masih kuat, Bank Mandiri optimistis pertumbuhan kredit mampu mencapai target yang ditetapkan yakni sebesar 11%, terutama pada sektor-sektor yang resilien seperti perkebunan maupun industri makanan dan minuman. Bank Mandiri menyatakan akan memperhatikan prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan kredit.

PT Bank UOB Indonesia juga mencatatkan penyaluran kredit ke korporasi tetap tumbuh. Edwin Kadir, Executive Director, Head of Corporate Banking, UOB Indonesia bilang, kenaikan permintaan kredit korporasi ini tercermin dari neraca perdagangan Indonesia yang secara keseluruhan mencatat surplus.

“Ditopang oleh komoditas non-migas dan ekspor seperti kelapa sawit, bahan bakar mineral, nikel dan mineral berharga lainnya. Sektor-sektor unggulan ini merupakan fokus perkembangan kredit korporasi kami,” ujarnya kepada Kontan.co.id pada pekan lalu.

Ia optimistis prospek kredit korporasi ini akan positif hingga akhir tahun. UOB Indonesia masih akan menyasar  sektor-sektor unggulan tersebut lantaran masih  berpeluang untuk bisa bertumbuh lebih lanjut.

Terkait kenaikan bunga acuan, Edwin menyatakan permintaan kredit dari nasabah korporasi tetap berdasarkan atas kebutuhan modal kerja dan rencana pengembangan bisnis. Adapun berdasarkan suku bunga dasar kredit (SBDK) korporasi UOB Indonesia ada di posisi 8,25% per tahun yang berlaku di Oktober 2022.

Berdasarkan laporan keuangan bulanan, Bank UOB Indonesia telah menyalurkan total kredit senilai Rp 87,28 triliun hingga Agustus 2022. Nilai itu tumbuh 11,04% year on year (yoy) dari posisi yang sama tahun lalu sebesar Rp 78,60 triliun.

Asal tahu saja, Data Bank Indonesia (BI) mencatatkan penyaluran kredit korporasi tumbuh 11,5% yoy menjadi Rp 3.158,4 triliun pada Agustus 2022. Kredit ke sektor ini telah menjadi penopang fungsi intermediasi perbankan yang tumbuh 10,3% yoy menjadi Rp 6.155,9 triliun di delapan bulan pertama tahun ini.

Baca Juga: Didominasi Bank Besar, Begini Peta Kelompok Usaha Bank (KUB) di Tanah Air

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat