Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Menguat Sejak Awal Tahun, Simak Prospeknya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Solidnya fundamental ekonomi Indonesia dan keputusan Federal Reserve (The Fed) akan suku bunga acuan dinilai memberikan efek positif terhadap pasar obligasi. Hingga akhir tahun, diperkirakan imbal hasil alias yield obligasi tenor 10 tahun Indonesia berada di level 6,2%-6,3%.

Melansir Investing.com, Kamis (13/4), yield obligasi tenor 10 tahun Indonesia mengalami kenaikan 1,20% ke level 6,58% pada Kamis (4/5). Meski begitu, yield SUN menguat dibandingkan awal tahun yang berada di level 6,70%.

Analis Fixed Income Sucorinvest Asset Management Alvaro Ihsan mengatakan, saat ini sentimen global terkait penurunan yield didominasi oleh fenomena kejadian SVB, Credit Suisse, hingga First Republic Bank. Kejadian itu membuat investor beralih ke instrumen investasi yang lebih aman.


Selain itu, sinyal penurunan sikap hawkish The Fed membuat investor sudah mulai memasuki obligasi yang telah menawarkan yield yang menarik.

"Dari sisi domestik, angka inflasi umum tahunan yang mulai menurun, inflasi inti yang terjaga, net foreign inflow, serta penguatan rupiah mendorong penurunan yield obligasi," jelasnya kepada Kontan.co.id, Kamis (4/5).

Baca Juga: Pasar Saham Membaik, Begini Strategi Manajer Investasi Kelola Aset Reksadana Saham

Alvaro juga berpandangan, prospek ke depan masih positif, seiring dengan potensi penurunan tingkat inflasi AS serta Indonesia. Meskipun inflasi AS masih jauh dari target 2%.

Katalis lainnya adalah kinerja perekonomian Indonesia yang baik di tengah ketidakpastian perekonomian global, kebijakan fiskal yang disiplin, debt to GDP yang stabil di angka 39%-40%, serta mata uang yang kembali menguat dan cadangan devisa yang baik.

"Didukung oleh net foreign inflow di pasar obligasi Indonesia serta tingkat yield yang menarik, kami memiliki target yield 10 tahun di kisaran 6,2% - 6,3%," paparnya.

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto menambahkan, prospek yield obligasi tenor 10 tahun masih berpotensi menguat. Hanya saja, penguatannya akan terbatas.

Dijelaskan bahwa secara jangka pendek, keputusan The Fed terhadap suku bunga acuan akan menahan penguatan yield obligasi 10 tahun. Namun, untuk jangka menengah masih bisa menguat seiring jarak (spread) antara US Treasury dengan suku bunga Indonesia semakin menipis.

Nah, apabila kondisi US Treasury stabil maka yield obligasi 10 tahun bisa mencapai 6,2%-6,3%. Hanya saja, jika US Treasury bergejolak maka imbal hasilnya akan melemah kembali ke kisaran 6,7%-6,8%.

Baca Juga: Pefindo Prediksi Penerbitan Surat Utang Korporasi Akan Marak pada Kuartal Ketiga 2023

"Sekarang ini kepemilikan asing belum pulih karena kondisi global sendiri ketidakpastian masih tinggi," paparnya.

Guna menyikapi ketidakpastian dan perubahan di pasar, Ramdhan menyarankan investor untuk masuk secara bertahap. Terutama untuk seri-seri yang lebih likuid seperti 5 tahun atau 10 tahun. Sementara Alvaro menilai investor dapat mulai melirik obligasi sebagai salah satu instrumen investasi yang telah menawarkan yield yang menarik.

"Terkait pilihan tenor, bisa disesuaikan dengan profil jangka waktu investasi dari setiap investor serta kebutuhan likuiditas. Investor juga perlu memperhatikan rilis data ekonomi AS maupun Indonesia seperti inflasi dan PDB," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari