Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Turun, Ini Sentimennya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Imbal hasil alias yield obligasi tenor 10 tahun Indonesia di awal tahun 2023 mengalami penurunan.

Melansir Investing.com, Kamis (13/4), yield obligasi Indonesia 10 tahun hari ini ada di level 6,72%. Angka itu menurun sejak bulan Februari 2023 yang rata-ratanya 6,9%.

Meskipun begitu, jika dilihat secara harian, yield obligasi Indonesia 10 tahun cukup berfluktuatif. Sebab, pada Februari lalu, yield terendah sempat mencapai 6,54%.


Analis Fixed Income Sucorinvest Asset Management Alvaro Ihsan mengatakan, sentimen penurunan yield obligasi berasal dari global dan domestik.

Untuk sentimen global, krisis Silicon Valley Bank (SVB) dan Credit Suisse membuat beberapa investor cenderung beralih kembali pada aset obligasi, termasuk obligasi di negara berkembang yang memiliki ketahanan ekonomi yang baik.

Baca Juga: Lampaui Target, BRI Catat Penjualan SBN SR018 Tembus 231,25%

Untuk sentimen domestik, angka inflasi domestik, terutama inflasi inti, sudah dapat dikendalikan. Lalu, rupiah juga lebih stabil, di mana sudah mencapai Rp 14.800 per dolar Amerika Serikat (AS) dengan cadangan devisa yang baik.

“Investor ritel juga memiliki minat tinggi terhadap aset obligasi terlihat dari beberapa penerbitan SUN yang sukses,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (13/4).

Alvaro mengatakan, prospek obligasi Indonesia di tahun 2023 cukup baik, dengan catatan inflasi AS dapat terus menurun menuju 2% dan inflasi Indonesia terjaga di kisaran 3%.

Data terkini menunjukkan bahwa inflasi Indonesia sudah mulai mengalami penurunan meskipun masih belum di rentang target.

Selain itu, ada beberapa risiko lain, seperti kenaikan harga minyak, kemungkinan inflasi AS yang tetap tinggi, data tenaga kerja AS yang masih ketat, serta spread suku bunga The Fed dengan BI rate terus menipis.

“Kami memiliki target bahwa yield obligasi Indonesia 10 tahun ada di sekitar 6,2% - 6,3%,” ungkapnya.

Dengan kondisi tersebut, Alvaro menyarankan, investor untuk memasuki aset obligasi yang telah menawarkan yield menarik.

Selain itu, investor dengan memiliki preferensi investasi lebih pendek serta kebutuhan likuiditas yang tinggi, dapat memasuki obligasi tenor pendek.

Sebab, yield obligasi tenor sudah menarik didorong yield curve yang mulai flat akibat operation twist.

“Untuk tenor yang panjang, investor tetap harus melihat prospek dari perekonomian serta outlook inflasi AS maupun Indonesia,” tuturnya.

Baca Juga: Laris, Total Penawaran Lelang SUN (11/4) Mencapai Rp 44,99 Triliun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat