Yield SBN Akan Bergerak di Rentang 6,4% sampai 6,6%



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan imbal hasil atau yield obligasi memang tidak lepas dari arah suku bunga. Di tengah ekspetasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve, pemerintah justru menaikkan prospek yield obligasi negara. 

Untuk diketahui pemerintah melalui Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025 menargetkan yield Surat Berharga Negara (SBN) sebesar 7,1% yang disinyalir untuk mencegah kebutuhan pendanaan yang besar pada tahun depan. 

Analis Fixed Income Sucorinvest Asset Management Alvaro Ihsan justru melihat target tersebut diambil lebih ke pendekatan yang hati-hati atau konservatif. Menurut dia, bukan karena pendanaan akan tetap mahal dari pasar obligasi ataupun kebutuhan anggaran yang membengkak. 


Alvaro menyebut, pengeluaran anggaran sudah ditetapkan pada RAPBN 2025 yaitu defisit di angka 2,53%, yang mana masih pada level aman di bawah 3%.

"Yield 7,1% itu hanya acuan saja untuk menentukan budget RAPBN. Jadi apabila yield meningkat, Kementerian Keuangan masih bisa fleksibel dalam menjalankan anggaran," kata Alvaro kepada Kontan.co.id, Minggu (25/8). 

Baca Juga: Rasio Utang Pemerintah Turun 38,68% pada Juli 2024

Alvaro bilang actual yield ke depannya bisa saja di bawah angka 7,1% tergantung kondisi pasar. Adapun jika melihat pergerakan yield di pasar saat ini, pada Jumat (25/8) Alvaro menyebut yield SBN telah turun ke angka 6,6%. 

Di sisi lain ia menyinggung minat investor asing juga semakin baik. Hal ini tercermin dari net buy SBN selama Agustus sebesar US$ 1,6 miliar hingga tanggal pencatatan 21 Agustus 2024. 

Untuk akhir tahun, Alvaro bilang Sucorinvest AM memproyeksi yield SBN 10 tahun akan berada di rentang 6,4% sampai 6,6%. Sementara untuk kupon obligasi SBN yang baru, penerbitan akan mengikuti atau mendekati persentase yield di pasar sekunder.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati