JAKARTA. Ekonomi di negara maju ataupun berkembang sedang memasuki fase keseimbangan baru. Saat ini ekonomi dunia harus siap dengan fase perekonomian baru tanpa adanya stimulus program quantitative easing (QE) dari Amerika Serikat (AS). Dampak dari pengurangan QE itu juga berimbas ke Indonesia, khususnya ke imbal hasil alias yield dari surat berharga negara (SBN), lebih tepatnya lagi SBN bertenor 10 tahun. Lambat laun , SBN ini akan menuju fase baru pula. Pendapat ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Robert Pakpahan di Jakarta akhir pekan lalu (18/10). Robert bilang, yield nantinya berada di keseimbangan 8%. Level itu ada di kondisi normal, alias tanpa QE.
Yield SBN mencari titik keseimbangan baru
JAKARTA. Ekonomi di negara maju ataupun berkembang sedang memasuki fase keseimbangan baru. Saat ini ekonomi dunia harus siap dengan fase perekonomian baru tanpa adanya stimulus program quantitative easing (QE) dari Amerika Serikat (AS). Dampak dari pengurangan QE itu juga berimbas ke Indonesia, khususnya ke imbal hasil alias yield dari surat berharga negara (SBN), lebih tepatnya lagi SBN bertenor 10 tahun. Lambat laun , SBN ini akan menuju fase baru pula. Pendapat ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Robert Pakpahan di Jakarta akhir pekan lalu (18/10). Robert bilang, yield nantinya berada di keseimbangan 8%. Level itu ada di kondisi normal, alias tanpa QE.