KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah kondisi
yield obligasi Indonesia yang cenderung menurun, investor asing diprediksi akan meningkatkan kepemilikannya di obligasi korporasi Indonesia pada tahun depan. Analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Robby Rushandie menjelaskan, kondisi
yield Surat Berharga Negara (SBN) secara keseluruhan dalam tren menurun sejak awal tahun.
Yield obligasi tenor pendek atau kurang dari empat tahun sudah turun sebesar 152 basis poin (bps). Sementara
yield obligasi tenor menengah atau lima hingga tujuh tahun turun 135 bps. Terakhir,
yield obligasi tenor panjang atau di atas tujuh tahun turun sebesar 109 bps.
Di tengah kondisi
yield yang turun, Robby memproyeksikan permintaan obligasi korporasi akan lebih baik ke depan. Penyebabnya,
yield obligasi korporasi akan lebih atraktif di tengah tren penurunan
yield SBN. "Institusi perbankan dan investor asing diprediksi akan meningkatkan kepemilikan di obligasi korporasi," paparnya, Selasa. Sementara, dari sisi suplai atau penerbitan obligasi korporasi, Robby juga mempredikskan prospek ke depan akan positif. "Tahun depan suplai bisa sama atau lebih tinggi dari tahun ini, seiring dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi," katanya. Hingga akhir Oktober 2017, IBPA mencatat jumlah penerbitan obligasi korporasi nasional mencapai Rp 122,46 triliun di luar
global bond. Dalam kesempatan berbeda, Direktur Pefindo Hendro Utomo menilai ruang bagi obligasi korporasi untuk berkembang masih ada. Hal ini didukung Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) no 1 tahun 2016 yang mewajibkan institusi keuangan non bank untuk berinvestasi di SBN. Kini, obligasi korporasi yang bergerak di bidang infrastruktur juga sudah dianggap setara dengan Surat Utang Negara (SUN). Saat ini memang, obligasi korporasi yang terbit lebih banyak dimiliki investor lokal. Oleh karena itu likuiditas obligasi korporasi lebih rendah dari obligasi pemerintah. "Idealnya pada obligasi korporasi juga ada porsi investor asing yang signifikan sehingga bisa meningkatkan likuiditas dan penyerapan obligasi korporasi tahun depan," kata Hendro, Selasa (21/11).
Hanya saja, Hendro melihat hal yang dikhawatirkan pemodal asing ketika ingin membeli obligasi korporasi Indonesia adalah risiko nilai tukar. "Pandangan investor asing pada risiko rupiah sangat rentan terjadi volatilitas sehingga menyebabkan keengganan minat investor asing dalam meningkatkan portofolio di obligasi korporasi Indonesia," jelasnya. Selain risiko mata uang, investor asing juga mengkhawatirkan risiko kredit emiten. Pasalnya, investor asing belum terlalu familiar dengan profil bisnis emiten di Indonesia. "Perlu terus diupayakan sosialisasi untuk meningkatkan keterbukaan dan pemahanan bagi investor asing agar lebih aktif di obligasi korporasi," kata Hendro. Dalam jangka menengah, Hendro memprediksi akan ada lonjakan porsi kepemilikan asing di obligasi korporasi, namun dominasi tetap ada pada investor lokal. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini