Yield Sedang Tertekan, Intip Prospek Investasi di Obligasi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Yield obligasi pemerintah naik seiring dengan pelemahan rupiah. Namun, pasar obligasi dinilai masih menarik.

Kepala Divisi Riset Ekonomi Pefindo Suhindarto mengatakan, prospek pasar obligasi akan semakin menarik di semester II. Investor akan memanfaatkan suku bunga tinggi saat ini untuk mengoleksi surat utang pemerintah untuk mendapatkan kupon tinggi.

Selain itu, ketika suku bunga turun, surat utang yang dipegang akan naik harganya. "Ini memungkinkan investor untuk mendapatkan capital gain dari apresiasi harga selama siklus suku bunga rendah berlangsung," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (11/6).


Darto juga memaparkan, ada sejumlah alasan yang membuat pasar obligasi tetap menarik. Pertama, pasar domestik menawarkan yield yang tinggi di antara negara-negara dengan peringkat sovereign di sekitar BBB. Indonesia hanya kalah dari Meksiko (9,29%) dan India (7,06%).

Baca Juga: Barisan Emiten Ini Membalikkan Rugi Menjadi Laba, Bagaimana Rekomendasi Sahamnya?

Kedua, pasar saham yang masih tertekan membuat pasar surat utang menjadi pilihan bagi investor domestik. Berdasarkan data DJPPR, investor ritel membukukan beli bersih sekitar Rp 57 triliun hingga Mei 2024 di tengah investor asing membukukan jual bersih Rp 35 triliun.

Selanjutnya, basis permintaan domestik lebih kuat, membuat pasar lebih stabil dibandingkan dengan beberapa pekan sebelumnya. Selain itu, persepsi risiko juga turun seiring dengan dipertahankannya peringkat dan prospeknya oleh lembaga peringkat dunia. Premi CDS Indonesia 5 tahun juga terus berada di bawah 100.

Lalu, kemajuan dan stance dalam pelonggaran moneter yang tercermin dari langkah ECB memangkas suku bunganya yang diharapkan diikuti negara-negara maju lainnya. Kemudian, tensi geopolitik yang sedikit mereda.

Terlebih, pada semester II yield obligasi diproyeksikan kembali turun. Berdasarkan konsensus Bloomberg, suku bunga acuan diperkirakan turun secara gradual. Pada akhir kuartal II ini diperkirakan yield di 6,99%, lalu di akhir kuartal III di 6,94% dan di akhir tahun pada level 6,78%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati