Yield Stabil, Lelang Sukuk Negara Ramai Diminati pada Selasa (21/2)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau sukuk negara masih diramaikan investor pada Selasa (21/2). Minat yang ditunjukkan sangat tinggi di tengah sentimen kenaikan suku bunga berpotensi kembali berlanjut.

Direktur Pembiayaan Syariah DJPPR Kementerian Keuangan, Dwi Irianti Hadiningdyah mengatakan bahwa minat investor pada lelang hari ini sangat baik di tengah kondisi pasar keuangan khususnya global masih diwarnai sentimen hawkish The Fed. Hal itu menyusul pernyataan beberapa pimpinan The Fed dan rilis data tenaga kerja serta inflasi Amerika Serikat yang mengindikasikan adanya potensi kenaikan suku bunga.

Penawaran masuk (incoming bids) kali ini lebih tinggi yakni sebesar Rp 30,45 triliun, dibandingkan dari nilai penawaran pada lelang dua pekan sebelumnya sebesar Rp 26,26 triliun. Dari penawaran yang masuk sebesar Rp 30,45 triliun, nominal yang dimenangkan (awarded bids) sebesar Rp 12 triliun.


Dwi bilang, fundamental domestik yang stabil menjadi kunci kuatnya pasar surat utang tanah air. Salah satunya tercermin dari surplus neraca perdagangan Indonesia dan langkah Bank Indonesia (BI) menahan tingkat suku bunga acuan BI7DRRR di level 5.75%, mengakhiri tren kenaikan sejak Agustus 2022.

 Baca Juga: Tenor Pendek Jadi Incaran Investor Pada Lelang SBSN Hari Ini

"Selain itu, yield SBSN yang masih atraktif menjadi daya tarik tersendiri bagi investor untuk mulai masuk di tenor jangka panjang pada lelang hari ini," kata Dwi kepada Kontan.co.id, Selasa (21/2).

Dwi menjelaskan bahwa permintaan imbal hasil (yield) di lelang SBSN kali ini lebih baik jika dibandingkan dengan lelang dua minggu sebelumnya. Weighted average yield (WAY) atawa imbal hasil rata-rata tertimbang dari penawaran masuk secara keseluruhan turun sebesar 2 bps sampai 13 bps. Sementara itu, WAY dari penawaran yang dimenangkan juga mengalami penurunan sebesar 1 bps sampai 10 bps.

Baca Juga: Penawaran Masuk Lelang Sukuk Negara Tembus Rp 30 Triliun pada Selasa (21/2)

Menurut Dwi, pergerakan yield didorong oleh faktor-faktor domestik seperti fundamental ekonomi Indonesia yang stabil dan likuiditas yang cukup tinggi. Perdagangan SBSN yang cukup aktif di beberapa hari terakhir juga menjadi pendorongnya.

"Rilis data neraca perdagangan Indonesia yang masih positif yakni surplus berturut-turut selama 33 bulan terakhir telah meningkatkan kepercayaan pasar," tutur Dwi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati