Yield sukuk rendah, pemerintah serap Rp 6 triliun



JAKARTA. Tawaran yield yang rendah membuat pemerintah menyerap hasil lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atawa sukuk negara yang digelar Selasa (6/9) hingga Rp 6 triliun. Angka ini lebih tinggi dari target indikatif sebesar Rp 4 triliun.

Tapi, penyerapan itu kurang dari setengah penawaran yang masuk mencapai Rp 13,44 triliun.

Dalam lelang kemarin, pemerintah menjajakan lima seri sukuk negara. Berdasarkan situs Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, Seri PB S009 yang paling banyak peminat, dengan penawaran sebanyak Rp 5,562 triliun.


Namun, seri sukuk negara yang terbanyak dimenangkan: PB S006. Pemerintah menyerap nilai lelang seri ini Rp 2,51 triliun. Dana hasil lelang SBSN kali ini bakal digunakan untuk memenuhi pembiayaan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Perubahan 2016.

Setelmen akan dihelat besok (8/9). Info saja, pada lelang sukuk sebelumnya pemerintah mengantongi dana Rp 4,37 triliun dari penawaran Rp 15,26 triliun.

Beben Feri Wibowo, Analis pasardana.id, berpendapat, penurunan jumlah penawaran dalam lelang kemarin merupakan imbas dari pasar obligasi domestik yang sempat terdesak. Investor tengah mengantisipasi spekulasi kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed).

Akibatnya, sebagian pemodal menahan diri untuk berburu sukuk. Tambah lagi, harga sukuk sudah membumbung dan membuatnya rawan koreksi. Tapi, tawaran yield yang mini membuat pemerintah tergiur untuk memenangkan lelang di atas target indikatif. Sebab, pasokan obligasi negara di pasar primer mulai terbatas jelang akhir tahun.

Pemerintah pun lebih suka menyerap sukuk bertempo panjang, seperti PBS006, PBS0011 ,dan PBS012. Tujuannya untuk memperpanjang durasi utang pemerintah agar risikonya semakin minim. "Investor domestik lebih dominan," ungkap Beben.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie