JAKARTA. Tertahannya laju penguatan rupiah bakal ikut menahan laju penurunan imbal hasil alias yield Surat Utang Negara (SUN). Namun, analis melihat yield obligasi terbitan pemerintah tersebut masih berpeluang turun sampai akhir tahun. Penurunan suku bunga acuan alias BI rate ternyata sukses mengerek naik harga SUN. "Kenaikan ini merupakan efek dari penurunan suku bunga Bank Indonesia," tegas Suriyanto Chang, Kepala Tresuri Bank NISP, Rabu lalu (10/12). Maklum, saat BI rate turun, yield SUN otomatis ikut luruh, dan sebaliknya harga SUN naik. Berdasarkan data Bloomberg, kemarin, indeks rata-rata harga SUN berada di posisi 84,25. Akhir pekan lalu, indeks tersebut masih berada di level 81,60.
Sedang harga SUN acuan bertenor 10 tahun, yaitu FR0048, sampai kemarin berada di posisi 77,77 dengan yield 13,10%. Bandingkan dengan akhir pekan lalu di mana harga obligasi ini masih bertengger di posisi 74,40 dengan yield mencapai 13,85%. Naiknya harga SUN akibat masuknya dana asing. Penguatan rupiah dan stimulus ekonomi di Amerika Serikat berandil besar mendorong asing masuk Indonesia. "Investor asing kembali melirik SUN sebagai wadah investasi," ujar Guntur Pasaribu Direktur Fixed Income dan Perdagangan Derivatif Bursa Efek Indonesia (BEI). Porsi kepemilikan asing dalam SUN memang bertambah. Menurut data Departemen Keuangan, per 9 Desember 2008, porsi asing dalam SUN mencapai Rp 88,48 triliun. Ini sama saja naik 2,33% ketimbang posisi akhir November yang masih senilai Rp 86,42 triliun. Analis Obligasi Danareksa Sekuritas Budi Susanto bilang, penurunan yield SUN memang terbatas. Tapi, "Sampai akhir tahun indeks rata-rata yield SUN masih bisa turun sampai 12,5%-13%," ujarnya.