KONTAN.CO.ID - JAKARTA.
Yield surat utang Indonesia meningkat dan
spread US Treasury yang melebar membawa asing kembali masuk ke pasar surat utang Indonesia. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, sejak awal Juli hingga Kamis (5/7) asing mulai kembali masuk dan menambah kepemilikan sebesar Rp 2 triliun atau naik 0,27% menjadi Rp 829,78 triliun. Sedangkan, sejak awal tahun kepemilikan asing di SBN masih mencatatkan penurunan sebesar Rp 7 triliun atau 0,76% menjadi Rp 836,15 triliun.
Ariawan, analis Obligasi BNI Sekuritas mengatakan kondisi yang berbalik ini karena asing tertarik dengan
yield SBN yang relatif tinggi. "
Yield tinggi membuat imbal hasil di pasar surat utang Indonesia jadi semakin menarik, asing menilai imbal hasil kita cukup atraktif," kata Ariawan, Jumat (6/7). Lihat saja sejak awal tahun hingga Kamis (5/7) yield Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun naik 114 basis poin (bps) menjadi 7,61%. "
Yield SUN tenor 10 tahun dikurangi inflasi yang sekitar 3,12% per Mei 2018 maka
real interest rate Indonesia berada di sekitar 4,5% dan ini masih lebih tinggi dari India serta Filipina yang
real interest rate-nya sekitar 3%," kata Ariawan. Tak heran, bila investor asing mulai masuk ke pasar obligasi Indonesia. Ariawan memproyeksikan ketika kondisi eskternal mereka asing pasti akan kembali masuk lebih banyak lagi. Ariawan juga menyebut, asing tertarik masuk ke pasar obligasi Indonesia karena
spread yield SUN dengan US Treasury lebar. Jumat (6/7) tecatat
yield US Treasury berada di posisi 2,82%. Dengan begitu,
spread yield SUN dengan
yield US Treasury sebesar 479 bps. Sementara, Ariawan menyebutkan rata-rata
spread yield SUN dengan
yield US Treasury tahun ini berada di 395 bps jauh lebih rendah. "Investor asing tertarik kalau
spread semakin lebar, artinya
yield yang mereka dapatkan akan lebih tinggi," kata Ariawan. Bahkan, di awal tahun
spread yield US Treasury dengan yield SUN sempat berada di 370 bps, sehingga kondisi sekarang ditengah sentimen eksternal yang menghimpit, pasar surat utang Indonesia masih menarik. Namun, tak dipungkiri pasar obligasi Indonesia masih menerima sentimen negatif karena rupiah yang melemah terhadap dollar AS. Maklum, investor asing ketika masuk ke pasar obligasi Indonesia juga mempertimbangkan nilai tukar rupiah. Mereka tidak ingin keuntungan yang mereka dapat dari pasar obligasi Indonesia tergerus pelemahan nilai tukar.
Eric Sutedja,
Head of Fixed Income Fund Manager Prospera Asset Management menambahkan batas normal
spread yield US Treasury dengan
yield SUN sebesar 410 bps, dengan batas atas 470 bps dan batas bawah 350 bps. "Di level ini asing melihat menarik pada pasar obligasi Indonesia," kata Eric. Eric memproyeksikan
yield SUN tenor 10 tahun di akhir tahun berada di 7,5% jika rupiah stabil di Rp 14.000 per dollar AS. Namun, Eric kurang begitu yakin akan proyeksi tersebut karena banyak faktor yang masih akan mempengaruhi seperti perang dagang, pelemahan rupiah karena yuan yang melemah, dan kondisi politik dalam negeri. Sementara, Ariawan memproyeksikan
yield SUN tenor 10 tahun di level 7,6% dengan asumsi rupiah berada di Rp 14.050 per dollar AS, inflasi berada di 3,6% dan
yield US Treasury di 3,1%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi