KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di hari Selasa (3/8), lelang surat utang negara (SUN) mendapatkan penawaran terbanyak di tahun ini, sebanyak Rp 107,78 triliun. Penawaran lelang surat berharga negara dalam tren kenaikan dalam beberapa lelang terakhir. Menurut Head of Fixed Income Trimegah Asset Darma Yudha, saat ini nilai lelang SUN naik karena permintaan dari investor terutama perbankan sedang baik. Likuiditas perbankan melimpah. “Saat ini mereka agak avoid untuk ngasih pinjaman, di satu sisi likuiditas lagi berlimpah, karena kan memang efek dari pandemi ini membuat middle class enggak terlalu banyak spending, jadi uangnya disimpan di deposito aja, uang ini yang dipakai di government bond,” kata Darma. Dia juga melihat saat ini yield obligasi negara Indonesia masih menarik dibanding dengan negara lain. Itu juga yang mendorong harga obligasi negara menguat.
Darma memperkirakan masih ada potensi penurunan yield. Dia menargetkan yield obligasi Indonesia tenor 10 tahun di angka 5,75%-6,0%. “Ini saya kira akan tercapai karena likuiditas masih sangat berlimpah saat ini,” kata dia. Pada Rabu (4/8), yield SUN acuan tenor 10 tahun seri FR0087 berada di 6,24%. Yield ini masih lebih tinggi ketimbang posisi akhir tahun lalu yang ada di 5,87%. Baca Juga: Kurs rupiah Jisdor menguat lima hari beruntun ke Rp 14.324 hingga Rabu (4/8) Darma mengatakan bahwa yield Indonesia masih relatif lebih tinggi dibandingkan negara-negara lain. Padahal risiko dan tingkat kredit negara Indonesia tidak terlalu buruk. Angka Covid-19 di Indonesia yang sudah menunjukkan tren penurunan berpotensi mengangkat kinerja obligasi Indonesia. Apalagi, likuiditas masih berlimpah. “Jadinya aset kelas yang menarik dan bisa dikatakan risiko default-nya lumayan rendah, adalah obligasi negara (SUN),” ujar Darma. Dia mengatakan bahwa return reksadana berbasis obligasi sudah mencatatkan return yang lumayan. Dia memperkirakan return yang didapatkan dari reksadana pendapatan tetap berada di angka 6%-7% pada akhir tahun. Baca Juga: Penawaran lelang SUN mencapai level tertinggi kedua sepanjang sejarah “Saya rasa apabila ada yang mengalokasikan dananya di fixed income di awal tahun sangat menguntungkan, imbal hasil lebih tinggi dibandingkan year to date performance di saham maupun di instrumen lain,” kata dia.