Yield US Treasury Naik ke Atas 4%, Simak Pengaruhnya Bagi Indonesia



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tingkat yield obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) alias US Treasury tenor 10 tahun berada di level 4,01% pada Senin (10/7). Angka ini mendekati tingkat yield tertinggi sejak Oktober 2022 yang berada di 4,25% serta sudah naik pesat dibanding yield setahun lalu yang berada di 3,09%.

Senior Vice President Head of Retail Product Research & Distribution Division Henan Putihrai Asset Management Reza Fahmi mengatakan, yield US Treasury kembali ke level 4% karena kebijakan bank sentral AS The Fed yang dinilai masih hawkish. Sebagaimana diketahui, The Fed berencana menaikkan tingkat suku bunga acuannya sebesar 25 bps-50 bps di sisa tahun ini.

"Hal ini membuat market melakukan penyesuaian alias pricing-in terhadap kebijakan tersebut," kata Reza saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (11/7).


Baca Juga: Sikap Hawkish The Fed Kerek Yield US Treasury, Bagaimana dengan Obligasi Indonesia?

Lebih lanjut, kenaikan yield US Treasury memengaruhi kenaikan tingkat yield obligasi negara berkembang lainnya. Pada negara-negara Asia, yield obligasi negara dengan mata uang lokal mencatatkan kenaikan sebesar 30 bps-50 bps. 

Khusus dalam negeri, obligasi pemerintah Indonesia justru mengalami penurunan yield yang disebabkan beberapa faktor. Pertama, faktor suplai obligasi yang lebih sedikit, sebab pemerintah mengurangi target penerbitan untuk sisa tahun 2023 karena adanya Saldo Anggaran Lebih.

Faktor kedua adalah inflasi yang lebih rendah. Inflasi Indonesia bulan Juni 2023 tercatat sebesar 3,52% year on year (YoY), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 4,01% YoY.

Sementara itu, pertumbuhan inflasi bulan Juni 2023 tercatat sebesar 0,14% dibanding bulan sebelumnya. Alhasil, Reza menilai bahwa inflasi dalam negeri tahun 2023 masih dalam rentang target Bank Indonesia yang sebesar 3%-4%.

Baca Juga: Inflasi Terkendali, Penawaran dalam Lelang SUN Selasa (11/7) Capai Rp 47,79 Triliun

Faktor ketiga adalah nilai tukar rupiah yang terjaga. Walaupun rupiah mengalami penurunan pada dua minggu terakhir dari level Rp 14.900 per dolar AS ke level Rp 15.100, Reza melihat penurunan tersebut masih dalam rentang wajar

"Apalagi, cadangan devisa Indonesia masih pada level yang cukup baik, yakni sebesar US$ 137 miliar yang mencukupi impor lebih dari enam bulan," ucap Reza.

Reza memprediksi, yield obligasi pemerintah Indonesia di akhir tahun 2023 akan turun ke level 6%. Berdasarkan data Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI), yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun berada di level 6,33% per Selasa (11/7) dari 6,35% pada hari sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati