Yuan capai level tertinggi sejak Oktober



JAKARTA. Pelemahan nilai tukar dollar Amerika Serikat (AS) terhadap mata uang utama dunia menjadi peluang bagi penguatan mata uang Asia. Paling terang, mata uang yuan yang biasanya sulit bergerak akhirnya terus menanjak.

Analis melihat, nilai tukar yuan mulai merangkak sejak Mei lalu. Ini terjadi karena pelemahan nilai tukar dollar AS. "Jika melihat grafik pairing, maka orang akan melihat bahwa sesuatu terjadi di China. Kami melihat, pelemahan pasangan mata uang ini akibat pelemahan tajam dollar," kata analis Credit Suisse dalam catatan pekan ini.

People's Bank of China (PBOC) mematok kurs yuan di angka 6,7415 per dollar pada Jumat (21/7). Angka ini jauh lebih kuat jika dibandingkan hari sebelumnya 6,7580. Angka ini pun merupakan posisi terkuat yuan pada kurs PBOC sejak Oktober.


Di pasar spot, pasangan USD/CNY berada di angka 6,7636 pada pukul 13.15 WIB siang ini. Pairing USD/CNY menguat jika dibandingkan posisi kemarin 6,7597. Artinya, penguatan nilai tukar yuan mengendur. 

Pada Selasa lalu, USD/CNY berada di 6,7466. Ini adalah level terkuat yuan dalam sembilan bulan terakhir, tepatnya sejak 21 Oktober 2016. PBOC membatasi pergerakan nilai tukar yuan di pasar spot dalam rentang 2% dari kurs PBOC.

Penguatan nilai tukar yuan terhadap dollar AS ini makin kokoh sejak adanya tekanan terus-menerus pada pemerintahan Presiden AS Donald Trump. Misalnya, rancangan undang-undang kesehatan untuk menggantikan Obamacare gagal mencapai dukungan. "Reformasi, deregulasi dan stimulus fiskal yang menggairahkan pasar tujuh bulan lalu kini hanya sekadar kenangan. Ekspektasi pertumbuhan PDB dan aksi The Fed pun runtuh," ungkap riset DBS yang dikutip CNBC.

Tekanan ini makin berat seiring laporan investigasi atas transaksi bisnis Trump oleh Departemen Kehakiman AS. Special Counsel Robert Mueller tengah memeriksa bisnis Trump. Pemeriksaan ini terkait tuduhan kolusi dengan Rusia pada masa kampanye pemilihan presiden tahun lalu. "Risiko politik AS akan meningkat ke level lebih tinggi setelah pemeriksaan," kata Stephen Innes, senior trader OANDA, dalam riset.

Editor: Wahyu T.Rahmawati