Yuan China Tembus Level Tertinggi 15 Bulan, Abaikan Sinyal Pengetatan PBOC



KONTAN.CO.ID - Nilai tukar yuan China menguat ke level tertinggi dalam 15 bulan terhadap dolar Amerika Serikat pada Selasa (23/12/2025), di tengah pelemahan dolar global.

Penguatan ini terjadi meskipun bank sentral China, People’s Bank of China (PBOC) memberikan sinyal kehati-hatian melalui penetapan kurs tengah (fixing) resmi yang lebih lemah dari perkiraan pasar.

Sepanjang tahun ini, yuan telah menguat lebih dari 3,8% dan berpeluang mencatatkan kenaikan tahunan terbesar sejak 2020.


Baca Juga: Emas dan Perak Jadi Aset Paling Bersinar di 2025, Cetak Kenaikan Terbesar Sejak 1979

Penguatan yuan didukung oleh melemahnya dolar AS secara luas, meredanya ketegangan dagang antara China dan Amerika Serikat (AS), serta kinerja ekspor China yang relatif tangguh.

Sejumlah lembaga keuangan global memperkirakan tren penguatan yuan masih berlanjut hingga tahun depan dan berpotensi menguji level psikologis 7 yuan per dolar AS, yang jaraknya kini kurang dari 0,5% dari posisi saat ini.

Meski demikian, mayoritas proyeksi menilai penguatan yuan akan berlangsung terbatas.

Ekonom senior Pantheon Macroeconomics Kelvin Lam menilai, pemerintah China akan membiarkan yuan menguat secara terukur.

Namun, Beijing diyakini tidak akan membiarkan pergerakan yang terlalu tajam demi menghindari spekulasi satu arah dan potensi instabilitas pasar.

“China akan mengizinkan apresiasi yuan secara bertahap, tetapi tidak akan membiarkan pergerakan besar yang bisa memicu ketidakstabilan, terutama di tengah perlambatan ekonomi,” ujar Lam.

Ia memproyeksikan yuan berada di kisaran 6,95 per dolar AS pada akhir 2026.

Baca Juga: AS Perketat Aturan Drone: DJI Masuk Daftar Risiko Keamanan Nasional

Sebelum perdagangan dibuka, PBOC menetapkan kurs tengah yuan di level 7,0523 per dolar AS, yang merupakan level terkuat sejak 30 September 2024.

Namun, angka tersebut tercatat 256 pips lebih lemah dibandingkan estimasi Reuters sebesar 7,0267, sekaligus mencerminkan deviasi terlebar ke arah lemah sejak data tersedia pada 2022.

Pelaku pasar menafsirkan fixing yang lebih lemah dari ekspektasi tersebut sebagai upaya otoritas untuk meredam laju penguatan yuan yang terlalu cepat.

Di pasar spot, yuan onshore sempat menguat hingga 7,0281 per dolar AS, level terkuat sejak akhir September 2024, sebelum diperdagangkan di kisaran 7,0285.

Sementara itu, yuan offshore juga menguat dan terakhir berada di level 7,0203 per dolar AS.

Penguatan yuan turut didukung oleh faktor musiman, di mana eksportir cenderung meningkatkan konversi devisa ke mata uang lokal menjelang akhir tahun untuk memenuhi berbagai kewajiban pembayaran, termasuk biaya operasional dan gaji karyawan.

Baca Juga: Yen Tertekan, Jepang Keluarkan Peringatan Intervensi Terkeras ke Pasar Valas

Namun, sumber pasar menyebutkan bahwa bank-bank milik negara China terlihat membeli dolar AS dan menjual yuan di pasar onshore, sebagai langkah untuk menahan laju penguatan mata uang tersebut.

Di sisi lain, meskipun surplus perdagangan China dengan AS tercatat menembus US$1 triliun untuk pertama kalinya dalam 11 bulan pertama tahun ini, sejumlah indikator ekonomi menunjukkan perlambatan.

Pertumbuhan output pabrik dan penjualan ritel melemah pada November, seiring krisis properti yang masih membebani sentimen konsumen dan dunia usaha di China.

Selanjutnya: Emas dan Perak Jadi Aset Paling Bersinar di 2025, Cetak Kenaikan Terbesar Sejak 1979

Menarik Dibaca: Promo Go!Go!Curry Khusus Kelahiran 2000-an, Nikmati Buy 1 Get 1 sampai 24 Desember