Bagi sebagian orang, tujuan mengoleksi lukisan adalah untuk investasi. Tapi tidak dengan Yudy Rizard Hakim. Chief Corporate Affairs Officer PT Bakrieland Development Tbk ini membeli banyak lukisan lebih karena faktor keindahannya. “Kalau tujuannya investasi, saya pasti akan membeli saham atau emas,” katanya. Mulai mengoleksi lukisan sejak 1998, kini Yudy sudah punya 100 lukisan yang memenuhi dinding rumahnya di Surabaya, Jawa Timur. Koleksinya bukan lukisan kacangan, melainkan buah karya para maestro pelukis Indonesia, seperti Affandi, Cak Kandar, Maria Tjui, I Nyo-man Gunarsa, Krijono. Harganya, mulai dari Rp 20 juta hingga Rp 200 juta per lukisan. Lelaki kelahiran Surabaya, 45 tahun lalu ini, menyatakan dirinya tanpa sengaja gemar mengoleksi lukisan. Ceritanya, ketika krisis moneter melanda negeri ini tahun 1997 silam, Yudy menyimpan dollar Amerika Serikat (AS) dalam jumlah besar. Maklum, Yudy pernah bekerja di Belanda sebagai konsultan pajak dengan bayaran dollar AS. Dan, krisis moneter kala itu melambungkan nilai tukar mata uang Negeri Paman Sam itu. Walhasil, pundi-pundi rupiahnya pun penuh sesak.
Yudy Rizard Hakim: Jual koleksi lukisan buat amal
Bagi sebagian orang, tujuan mengoleksi lukisan adalah untuk investasi. Tapi tidak dengan Yudy Rizard Hakim. Chief Corporate Affairs Officer PT Bakrieland Development Tbk ini membeli banyak lukisan lebih karena faktor keindahannya. “Kalau tujuannya investasi, saya pasti akan membeli saham atau emas,” katanya. Mulai mengoleksi lukisan sejak 1998, kini Yudy sudah punya 100 lukisan yang memenuhi dinding rumahnya di Surabaya, Jawa Timur. Koleksinya bukan lukisan kacangan, melainkan buah karya para maestro pelukis Indonesia, seperti Affandi, Cak Kandar, Maria Tjui, I Nyo-man Gunarsa, Krijono. Harganya, mulai dari Rp 20 juta hingga Rp 200 juta per lukisan. Lelaki kelahiran Surabaya, 45 tahun lalu ini, menyatakan dirinya tanpa sengaja gemar mengoleksi lukisan. Ceritanya, ketika krisis moneter melanda negeri ini tahun 1997 silam, Yudy menyimpan dollar Amerika Serikat (AS) dalam jumlah besar. Maklum, Yudy pernah bekerja di Belanda sebagai konsultan pajak dengan bayaran dollar AS. Dan, krisis moneter kala itu melambungkan nilai tukar mata uang Negeri Paman Sam itu. Walhasil, pundi-pundi rupiahnya pun penuh sesak.