Yuk Atur Strategi Keuangan bagi Generasi Sandwich



KONTAN.CO.ID - Anda saat ini menjadi generasi sandwich? Tidak mudah menjalankan peran sebagai generasi sandwich. Pasalnya Anda perlu berupaya lebih keras dalam mengatur keuangan sehari-hari. Apalagi jika Anda juga punya niat mulia untuk memutus mata rantai generasi sandwich di tangan Anda dan tidak berlanjut ke anak-anak Anda nantinya.

Adakah cara mensiasati kondisi keuangan sebagai generasi sandwich? Menurut Aidil Akbar Madjid, Perencana Keuangan ada beberapa strategi yang bisa diterapkan guna mengatur keuangan. Pertama-tama adalah mengidentifikasi kebutuhan kita. Anda bersama pasangan harus menghitung kebutuhan keluarga inti, seperti kebutuhan pendidikan anak dan kebutuhan pensiun nanti.

Baca Juga: Mengenal Generasi Sandwich (Baby Boomer) Bagian 1


Melakukan perhitungan untuk keluarga inti kita biasanya akan dengan mudah dilakukan karena kita sedang menjalani hidup tersebut saat ini. Akan tetapi memperhitungkan kebutuhan orang tua kita nanti tidaklah mudah.

Kebutuhan harian orang tua kita biasanya tidak terlalu besar terutama apabila orang tua tersebut tinggal bersama kita. Akan tetapi kebutuhan yang paling besar nantinya adalah biaya-biaya pengobatan dan biaya pengurusan jangka panjang (long-term life). Biaya ini agak sulit diprediksikan dikarenakan besarannya akan sangat tergantung dari jenis penyakit dan kebutuhan pertolongan yang diperlukan orang tua kita.

Salah satu cara yang bisa digunakan adalah dengan melihat sejarah kesehatan keluarga, seperti berapa lama kakek atau nenek kita hidup? Umur berapa mereka meninggal dan sebab-sebab mereka meninggal dunia. Apakah mereka punya Sejarah penyakit stroke, jantung, diabetes dan lain-lain. Dengan mengetahui sejarah ini, kita dapat memperkirakan apabila kebutuhan tersebut terjadi pada orang tua kita nanti, sehingga kita bisa mempersiapkan dana darurat untuk kebutuhan tersebut.

Baca Juga: Mengenal Generasi Sandwich (Baby Buster) Bagian 2

Kedua, kita harus melakukan analisis keuangan kita. Hitung nilai kekayaan bersih kita antara aset-aset atau harta yang kita miliki dikurangi dengan utang-utang kita. Apabila aset kita negatif, maka kita harus mengupayakan untuk menjadi positif dengan cara membayar utang-utang kita tersebut terlebih dulu.

Kita juga harus melihat kelebihan dana bulanan kita, apabila setiap bulan kita negatif atau tidak memiliki kelebihan dana setiap bulan, maka harus diusahakan supaya cash flow bulanan kita menjadi positif.

Ketiga, kita harus membiasakan untuk menabung dan berinvestasi lebih banyak dari sebelumnya. Setelah menghitung kebutuhan bulanan serta tujuan-tujuan investasi seperti biaya sekolah anak, biaya pensiun serta pembelian aset-aset, maka akan didapatkan persentase dari penghasilan kita yang harus kita sisihkan setiap bulan.

Nah, persentase dari tabungan atau investasi bulanan ini harus diperbesar jumlahnya sehingga kita memiliki kelebihan dana yang diinvestasikan yang dapat digunakan di kemudian hari.

Saat ini masyarakat seringkali dimanjakan dengan imajinasi akan hidup enak serta terbiasa dengan pola hidup konsumtif. Hal ini akan membahayakan keuangan kita di kemudian hari apabila kita tidak melakukan tabungan dan investasi dari sekarang.

Keempat, hal berikutnya yang perlu diperhatikan adalah apabila dana bulanan kita belum bisa mencukupi kebutuhan tabungan dan investasi bulanan, tak perlu panik. Kita masih bisa berusaha mencari penghasilan tambahan atau pasangan bisa membantu mencari tambahan penghasilan yang bisa menambah penghasilan bulanan bagi keluarga. Jangan lupa seiring perjalanan karir maka karir kita juga meningkat yang menjadikan penghasilan kita pun meningkat.

Pada saat penghasilan kita meningkat itulah kita bisa menabung lebih banyak untuk mengganti tabungan atau investasi yang belum atau kurang kita lakukan di tahun-tahun sebelumnya.

Baca Juga: Atur Keuangan Ala Generasi Sandwich

Kelima, kita harus memprioritaskan kebutuhan kita. Ketika kita membuat daftar kebutuhan-kebutuhan keuangan, kita harus memberikan skala prioritas dari kebutuhan tersebut sehingga kita akan menabung dan berinvestasi sesuai dengan skala prioritasnya. Contoh, apabila tiba saatnya kita masuk ke jenjang Pendidikan yang lebih tinggi, tetapi dananya masih kurang, maka prioritas yang harus dikorbankan adalah kita tidak dapat pensiun dipercepat atau malah harus bekerja lebih lama lagi dari umur pensiun yang sudah ditentukan di awal.

Keenam, hal terakhir yang harus diingat ketika kita menjadi generasi sandwich (dan bukan anak tunggal) bahwa kita tidak harus melakukan hal ini sendirian. Sebagai anak kita memiliki tanggung jawab untuk mengurusi orang tua secara bersama-sama. Meskipun pada saat mengurusi orang tua kita belum tentu dapat melakukannya dengan porsi yang sama, akan tetapi kita dapat berbagi tugas. Kita harus membuat pembagian tugas yang adil sesuai kemampuan dari masing-masing anak.

Baca Juga: Anda Generasi Sandwich? Ini Cara Atur Keuangan Biar Keuangan Tetap Sehat

Seorang anak dengan penghasilan yang lebih dan dapat mendukung kebutuhan keuangan orang tuanya dapat memberikan bantuannya secara finansial. Seorang anak lain yang menjadi ibu rumah tangga secara penuh dapat mengurus orang tuanya dapat berbagi tugas dengan mengurus orang tuanya secara penuh waktu tanpa perlu memikirkan biaya pengurusan karena akan ditanggung anak lain yang cukup secara finansial.

“Hal terpenting dalam melakukan tugas generasi sandwich adalah komunikasi yang terbuka di antara anak-anak dan orang tua sehingga tidak terjadi keributan atau kesalahpahaman satu sama lain.”jelas Aidil.

Semoga secara bertahap Anda bisa mulai menjalankan strategi keuangan di atas dan nantinya berhasil memutus rantai generasi sandwich.

Baca Juga: Yuk Atur Strategi Portofolio Investasi Anda Sesuai Tujuan Finansial

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti