KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perkembangan inovasi keuangan digital menghadirkan pilihan investasi bagi masyarakat. Mulai dari platform
fintech lending hingga
securities crowdfunding pun menawarkan imbal hasil yang kompetitif. Di
fintech lending, pemberi pinjaman bisa mendapatkan imbal hasil rata-rata sekitar 10% hingga 15% setahun. Besar kecilnya imbal hasil tersebut tergantung risiko pendanaan yang dipilih oleh pemberi pinjaman. Misalnya, di platform Modalku, pemberi pinjaman bisa mendapatkan tingkat bunga hingga 17% per tahunnya dan itu tampaknya diminati oleh pendana generasi milenial sampai semester I-2022, komposisi generasi milenial lebih mendominasi dengan persentase sebesar 53%.
“Jumlah akun pendana Modalku hingga saat ini masih didominasi oleh pendana individu dibanding pendana institusi,” ujar Iwan Kurniawan,
Co-founder & COO Modalku.
Baca Juga: Gaet BPR, Pemain Fintech Lending Optimalkan Penyaluran Kredit Ke Luar Pulau Jawa Namun, sejak terbitnya Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 69 Tahun 2022, pemberi pinjaman di
fintech lending mendapatkan potongan untuk Pajak Penghasilan sebanyak 15% dari penghasilan bunga. Sementara itu, di
securities crowdfunding, pengenaan pajak penghasil berdasarkan PMK tersebut tak diatur. Adapun,
securities crowdfunding dikenakan pajak dividen untuk wajib pajak orang pribadi dalam negeri sebesar 10% dan bersifat final. Dari besarannya, dividen yang didapat dari pemodal di
securities crowdfunding lebih besar dari imbal hasil yang didapat pemberi pinjaman pada
fintech lending. Besarannya pun bisa mencapai lebih dari 20% per tahun. Contohnya, platform
securities crowdfunding Bizhare yang bisa memberikan dividen hingga 58% per tahun untuk industri ritel. Sementara, pada industri F&B,
dividend yield berkisar antara 25-35% per tahun secara historis dan industri logistik berkisar 25% per tahun secara historis. “Imbal hasilnya bervariasi, bergantung pada jenis efek, bisnis dan industri dari penerbit yang diinvestasikan,” ujar CEO Bizhare Heinrich Vincent. Dengan imbal hasil yang didapatkan cukup tinggi tersebut, investor Bizhare meningkat 300% secara ytd dengan total investor mencapai 200.000 investor. Sekitar 50% dari penggunanya melakukan investasi berulang untuk berbagai efek bisnis yang ditawarkan melalui Bizhare.
Baca Juga: Grup Modalku Salurkan Pinjaman hingga Rp 7,2 Triliun Pada Semester I-2022 Tak hanya Bizhare, platform Crowddana juga memberikan imbal hasil yang cukup variatif tergantung sektor bisnis yang didanai. Tertinggi, ada pada sektor F&B yang rata-rata sekitar 15% hingga 25%.
Chief Technology Officer Crowddana Handison Jaya bilang imbal hasil yang tinggi itu disebabkan oleh kondisi pandemi yang mulai sedikit membaik sehingga terdapat kenaikan omset dari penerbit. Ia menjelaskan jumlah pengguna Crowddana sendiri hingga semester 1 mencapai 105.000 pengguna. Untuk jumlah pemodalnya sendiri mencapai 7.000 pengguna “Yang berulang melakukan investasi mencapai sekitar 25%,” ujarnya.
Sementara itu, Perencana Keuangan sekaligus
Founder Finansia Consulting Eko Endarto berpendapat meskipun mampu memberikan imbal hasil yang tinggi,
securities crowdfunding jelas memiliki risiko yang lebih tinggi karena bentuknya penyertaan modal. Oleh karenanya, ia pun menjelaskan bahwa pilihan investasi sebaiknya disesuaikan dengan profil dari investor itu sendiri. Untuk yang memiliki profil moderat, Eko lebih menyarankan untuk berinvestasi di
fintech lending. Alasannya, ia melihat ada hasil yang pasti. Ditambah, ada beberapa platform yang memiliki proteksi berupa asuransi sehingga risiko dari investasi sangat bisa untuk diukur. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi