KONTAN.CO.ID - Apakah Anda ingin menghadirkan kesejukan di rumah, sementara ada lahan yang dimiliki terbatas? Kini, pekarangan rumah yang sempit tak menjadi penghalang untuk hobi memelihara tanaman. Apalagi jika Anda menginginkan jenis tanaman berbuah. Solusinya, Anda bisa memilih tanaman tabulampot. Ini adalah tehnik penanaman pohon, yang biasanya tumbuh besar, dengan pot. Jadi, lantaran ditanam di pot, pertumbuhan pohon bisa dibatasi. Ukuran pohon menyesuaikan ukuran pot, namun tetap bisa berbuah layaknya pohon yang besar. Penampilannya pun jadi lebih menarik.
William Soejokto, pengusaha tanaman asal Jakarta mengatakan, tanaman dalam pot memang sedang digandrungi para pemilik properti berlahan sempit. Alasannya, lebih praktis dan dapat dipindah-pindah. "Sampai 10 tahun lagi, tanaman ini bakal tetap dicari, karena lahan pekarangan sebuah rumah akan makin sempit," katanya pada KONTAN, Selasa (8/8). Lagipula, koleksi tabulampot kini menjadi gengsi dikalangan para penggemar tanaman. Penggemar tanaman bakal berlomba-lomba untuk melengkapi koleksinya. Laki-laki asal Jambi, Sumatra Tengah ini bilang, mangga dan jeruk menjadi tanaman paling favorit. Pembeli membeli tanaman buah ini karena mudah berbuah dan terlihat menarik. Dalam sebulan, William bisa memasarkan sekitar 500 tabulampot ke seluruh wilayah Indonesia. Ikuti perkembangan dunia pemasaran, dia juga ikut menawarkan tabulampot lewat dunia maya. Alhasil, pelanggannya banyak datang dari berbagai daerah. Banderol harga tanaman tabulampot bervariasi, tergantung umurnya. Pohon berumum satu hingga dua bulan harganya mulai dari Rp 25.000 sampai Rp 100.000 per pohon. Sedangkan, untuk pohon yang sudah lebih dari tiga bulan dipatok mulai Rp 250.000 sampai Rp 1 juta per pohon. Pengusaha tanaman lainnya adalah Miftah, asal Magelang, Jawa Tengah. Dia mengaku tertarik membuka usaha ini untuk memberikan kemudahan bagi warga yang tidak memiliki lahan, tapi ingin punya tanaman berbuah. Berbeda dari William, di kebun Miftah tanaman tabulampot yang paling banyak digemari adalah klengkeng. Bentuknya yang mungil ditambah gerombolan buahnya, membuat pohon klengkeng tampak cantik. “Terakhir kami kirim ke Bekasi, dengan harga Rp 450.000, tinggi tanaman satu meter, diameter 70 cm,” katanya. Menekuni usaha sejak tahun 2015, dia mempunyai banyak koleksi tanaman tabulampot. Harganya pun dipatok bervariasi, yakni mulai dari Rp 100.000 sampai Rp 8 juta. Biasanya, penjualan tabulampot akan meningkat saat mendekati musim hujan. Banyak pembeli memilih membawa pulang tabulampot di musim hujan ini lantaran mereka tak perlu repot untuk rutin menyiram tanaman. Perawatan Cukup Mudah, Tabulampot Banyak Peminat Hunian dengan tipe kecil kini memang banyak dijumpai. Bahkan, hunian ini paling banyak ditawarkan oleh pengembang. Kian tingginya harga tanah dan berkurangnya lahan menjadi alasan pengembang membangun rumah dan pekarangan nan mungil. Namun, ukuran rumah yang kecil tetap tak menyurutkan minat pemiliknya untuk bercocok tanam. Mereka pun memilih tanaman di pot (tabulampot) yang tak membutuhkan lahan yang luas. Apalagi, jika ingin menanam pohon buah-buahan. Punya ukuran pendek, tapi tetap rimbun, tabulampot memang banyak dilirik penyuka tanaman. Biasanya tanaman ini diletakkan di teras rumah sebagai penghalang pandangan dari jalan atau pendukung unsur dekoratif halaman. Namun, agar selalu tampak indah, tabulampot membutuhkan perawatan yang intensif. William Soejokto, pengusaha tanaman asal Jakarta bilang, penyiraman harus dilakukan setiap hari karena kadar air yang ada dalam pot terbatas. "Jadi agak repot jika harus meninggalkan tanaman ini dalam waktu yang lama," katanya pada KONTAN, Selasa (8/8). Sebagai solusinya, para pemilik bisa menggunakan
water infus yang diletakkan tepat diatasnya dengan kecepatan rendah. Tujuannya, untuk menjaga tanah selalu dalam keadaan basah. Untuk pilihan lainnya, dapat menggunakan
jelly air yang diletakkan dalamnya. Selain itu, dia mengingatkan agar tanaman rajin dipangkas. Tertama setelah berbuah. Tujuannya, agar bentuk tanaman secara keseluruhan tak berubah dan rapi. Tingginya minat pasar membuat persaingan dibisnis ini mengencang. Karena, bercocok tanam adalah seni yang wajib dihargai. Lagipula, karakter konsumen adalah enggan beralih ke penjual lain saat mendapatkan produk bagus. Oleh karena itu, William selalu menjaga kualitas tanamannya, memberikan bibit asli, serta memberikan layanan paska pembelian, seperti konsultasi gratis.
Pria asal Jambi ini sudah menekuni bisnis tabulampot sejak 2010 lalu. Kini, koleksi tanamannya sudah mencapai 170 varian yang dikembangkan di atas lahan seluas 2 hektor. Pemain lainnya adalah Miftah asal Magelang, Jawa Tengah. Selain penyiraman rutin dan pemangkasan daun, menurut dia, proses perawatan tabulampot cukup dengan pemberian pupuk dua kali sebulan. Yang harus diwaspadai oleh pemilik tanaman adalah keberadaan hewan, seperti ayam. Karena tanaman bisa rusak terkena paruh atau sayap si ayam. Bagi Miftah, tidak ada persaingan pada bisnis ini. Penjual akan bergandengan untuk memenuhi permintaan bibit dalam jumlah tertentu. Meskipun begitu, dia terus rajin menambah koleksinya. Terutama untuk tanaman-tanaman yang sedang naik daun agar menarik perhatian pengunjung. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Johana K.