JAKARTA. Kinerja Kimia Farma (Persero) Tbk (KAEF) sedang berada di bawah ekspektasi pasar. Namun, prospek kinerja emiten farmasi pelat merah ini untuk jangka panjang justru berada di atas benchmark. Setidaknya, proyeksi ini disampaikan dalam hasil riset Pefindo atas KAEF yang disampaikan melalui Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, (13/2). KAEF memiliki potensi besar untuk menguasai pasar farmasi, bahkan hanya dari pangsa pasar dalam negeri. Dalam riset tersebut dijelaskan, pertumbuhan penduduk kelas menengah di Indonesia bakal naik jadi 150 juta orang tahun ini. Hal ini tentu bisa meningkatkan permintaan produk farmasi, khususnya permintaan obat resep.
Potensi kian besar seiring program SJSN yang dijalankan pemerintah melalui BPJS. Program ini membuat industri farmasi lokal kian cerah lantaran penduduk berusia di atas 65 tahun masih berhak mendapatkan layanan kesehatan selama mereka tercatat sebagai anggota BPJS. Bahkan, dengan adanya program ini, pasar farmasi di Indonesia bisa mencapai US$ 6,61 miliar hanya untuk tahun ini saja. Nah, KAEF bisa memanfaatkan atau bahkan mengoptimalkan pasar senilai miliaran dolar itu dengan ekspansi yang digelar. Rencana KAEF untuk mendirikan 100 klinik baru sepanjang tahun ini juga dinilai tepat. Dengan sudah dimilikinya 200 klinik plus tambahan 100 klinik baru otomatis membuat KAEF memiliki jangkauan pasar yang lebih luas. Nilai investasi untuk pembangunan 100 klinik itu sekitar Rp 250 miliar. KAEF juga memiliki kemampuan yang besar untuk mendanai belanja modal tahun ini yang mencapai Rp 660 miliar, bahkan tanpa melalui pinjaman. Sebab, KAEF memiliki uang tunai yang cukup, sekitar Rp 170 miliar kas di tangan dan Rp 667,2 miliar dari piutang. Berbicara soal jangkauan pasar, kini kita bicara soal permintaan. Sebagai catatan, produk dan merek apotek yang dimiliki KAEF sudah menjadi pilihan utama masyarakat.