KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Mandiri Tbk (
BMRI) berniat melakukan pemecahan nilai saham atau
stock split. Adapun pemecahan nilai saham dengan rasio 1:2, artinya satu saham yang saat ini dipegang oleh investor akan dipecah menjadi dua saham.
Stock split ini bertujuan untuk meningkatkan likuiditas perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hal ini bisa dicapai dengan meningkatkan jumlah unit saham beredar. Adapun jumlah saham setelah
stock split menjadi 93,33 miliar dari sebelum
stock split sebanyak 46,66 miliar saham. Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Roger MM mengatakan,
stock split BMRI merupakan sentimen positif bagi pasar dan saham BMRI. Secara valuasi, Mirae Asset Sekuritas masih merekomendasikan sektor perbankan di tahun 2023, termasuk BMRI.
Dengan fundamental dan likuiditas yang lebih kuat, Mirae Asset meyakini BMRI akan terus fokus pada pertumbuhan kredit maupun simpanan. Mirae Asset menilai, likuiditas BMRI saat ini cukup terjaga dan
Current Account Saving Account (CASA) yang lebih tinggi dapat menjaga
cost of fund BMRI.
Baca Juga: Bank Mandiri akan Menggelar Stock Split 1:2 Dengan demikian, Mirae Asset memperkirakan adanya kenaikan
net interest margin (NIM) pada tahun ini. Seiring dengan pemulihan ekonomi domestik, kualitas aset BMRI juga akan terus membaik. Mirae Asset mempertahankan rekomendasi beli saham BMRI. “Target kami Untuk saham BMRI di Rp 12.300,” kata Roger kepada Kontan.co.id, Senin (6/2). Katalis jangka pendek untuk BMRI salah satunya datang dari pengumuman dividen, dengan perkiraan
yield mencapai 6,9% Kinerja BMRI juga diproyeksi akan solid tahun ini. Analis BRI Danareksa Sekuritas Eka Savitri memproyeksikan laba bersih BMRI di tahun ini diharapkan menyentuh angka Rp 45,4 triliun. Proyeksi ini didorong oleh pertumbuhan pinjaman sebesar 8,6% dan NIM yang lebih tinggi, sebesar 5,4%. Dengan asumsi rasio pembayaran dividen sebesar 60% dari laba bersih 2022, imbal hasil saham BMRI bisa mencapai sekitar 5,3%. BRI Danareksa Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli saham BMRI dengan target Rp 12.000. “BMRI tetap menjadi pilihan utama (
top picks) kami di sektor bank,” tulis Eka dalam riset, Rabu (1/2).
Sebagai gambaran, laba bersih emiten pelat merah ini melonjak 46,9% secara year-on-year (yoy) menjadi Rp 41,2 triliun. Realisasi ini sejalan dengan estimasi BRI Danareksa dan lebih tinggi dari dari consensus, yang masing-masing mencerminkan 102,5% dan 104,5% dari proyeksi. Sebagian besar pertumbuhan laba BMRI berkat pertumbuhan pinjaman yang solid, yakni sebesar 14,5% per Desember 2022 , kemampuan BMRI untuk meningkatkan NIM menjadi 5,5%, penurunan
Cost to Income Ratio (CIR) menjadi 42,4%, serta menurunnya biaya kredit menjadi sebesar 143 basis points (bps) dari sebelumnya 196 bps di 2021. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari