KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten sektor menara diproyeksi masih memiliki outlook kinerja yang menjanjikan. Pertumbuhan permintaan internet serta perluasan jaringan 4G hingga adopsi teknologi 5G akan jadi katalis positif bagi saham menara telekomunikasi. Tapi, kenaikan suku bunga acuan bisa jadi sentimen negatif yang harus diwaspadai. Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Cheryl Tanuwijaya meyakini sektor menara masih punya outlook yang potensial ke depan. Dengan semakin meluasnya digitalisasi dalam seluruh aktivitas, maka sektor ini masih akan terus berkembang. Apalagi, misi pemerintah untuk meratakan akses digital di seluruh Indonesia juga bisa jadi sentimen positif untuk emiten menara. Salah satu rencana pemerintah adalah dengan memperluas jaringan 4G di area tertinggal dengan penambahan BTS, serta adopsi teknologi jaringan 5G.
“Hal ini dilakukan untuk mendukung pemulihan ekonomi dan pemerataan pembangunan nasional. Misi pemerintah ini pada akhirnya akan mendukung pertumbuhan bisnis menara,” kata Cheryl kepada Kontan.co.id, Jumat (4/3).
Baca Juga: Diantara Emiten Menara, Analis Ini Rekomendasikan Saham Sarana Menara (TOWR) Kendati begitu, untuk tahun ini, ia mengingatkan ada potensi sentimen negatif untuk emiten menara. Katalis tersebut datang dari potensi kenaikan suku bunga acuan pada tahun ini. Menurutnya, kenaikan suku bunga bisa memangkas laba emiten menara mengingat porsi utang dari emiten menara relatif besar. Sementara analis CGS CIMB Sekuritas Willy Suwanto mengatakan, imbas kenaikan suku bunga terhadap emiten menara justru relatif terbatas. Hal ini seiring dengan aksi para emiten menara dengan mengamankan pendanaan baru atau melakukan
refinancing terhadap utang mereka guna mendukung arus kas perusahaan. “Berdasarkan analisis sensitivitas kami, setiap kenaikan suku bunga acuan sebesar 1%, mengindikasikan potensi penurunan laba sebesar 15% untuk PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (
TBIG) dan 9% untuk PT Sarana Menara Nusantara Tbk (
TOWR),” tulis Willy dalam risetnya pada 6 Januari silam. Willy menjelaskan, walaupun ada potensi menghadapi level utang yang lebih tinggi, TOWR relatif minim terdampak lantaran potensi kinerja operasional yang lebih kuat seiring rampungnya akuisisi menara milik PT Solusi Tunas Pratama Tbk (
SUPR). Hal ini dinilai akan menjaga kinerja
bottom line TOWR ke depan. Oleh karena itu, Willy juga sekaligus menjadikan TOWR sebagai top pick untuk emiten menara. Sementara Cheryl memilih PT Dayamitra Telekomunikasi (
MTEL) sebagai top pick untuk emiten menara. Menurutnya, dengan dukungan induk usahanya yaitu Telkom Indonesia, MTEL akan makin kuat menjadi pemimpin dalam bisnis menara ini. Seperti yang diketahui, MTEL juga memiliki menara paling banyak dan berpotensi terus menambah menara baru yang sekaligus akan mendatangkan lebih banyak kontrak.
Baca Juga: Setelah Diakuisisi Grup Djarum, SUPR Siap Menambah 400 Menara Telekomunikasi “Dengan MTEL yang memiliki menara terbanyak, lalu secara valuasi MTEL juga masih tergolong murah. Serta punya rasio utang yang relatif rendah, tercermin dari DEB yang hanya 0,5x,” tutup Cheryl. Berikut beberapa rekomendasi saham emiten menara dari para analis: 1. PT Sarana Menara Nusantara Tbk (
TOWR) Pasca akuisisi SUPR, kini TOWR memiliki total menara mencapai 27.985 unit dengan
tenancy ratio 1,89 kali. Akuisisi ini diharapkan juga bisa memberikan tambahan pendapatan senilai Rp 2,2 triliun dalam setahun. Adapun, pada tahun ini, manajemen TOWR menargetkan bisa membukukan pertumbuhan pendapatan hingga 20%. Analis CGS CIMB Sekuritas Willy Suwanto merekomendasikan untuk beli saham TOWR dengan target harga Rp 1.900 per saham
2. PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (
MTEL) MTEL saat ini tercatat memiliki 28.079 menara dengan rata-rata pertumbuhan dalam 5 tahun mencapai 26,5%. MTEL juga punya
tenancy ratio sebesar 1,50 kali. Anak usaha Telkom Indonesia ini berpotensi menambah 500-750 menara secara organik pada tahun 2022. MTEL juga tercatat punya arus kas yang kuat pasca IPO serta didukung rasio DER yang hanya 0,5 kali sehingga mendukung untuk ekspansi secara anorganik ke depan. Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Cheryl Tanuwijaya merekomendasikan untuk beli saham MTEL dengan target harga Rp 850 per saham.
3. PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (
TBIG) Hingga saat ini, TBIG memiliki total menara mencapai 19.938 unit dengan total penyewa sebanyak 37.983 tenant. Pada tahun ini, pihak TBIG menargetkan bisa menambah 3.500 lagi penyewa serta menambah jumlah menara secara organik. Untuk mencapai target tersebut, TBIG telah menganggarkan belanja modal sebesar Rp 2 triliun - Rp 3 triliun atau naik 50% dari tahun lalu. Analis Ciptadana Sekuritas Gani merekomendasikan untuk beli saham TBIG dengan target harga Rp 4.500 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari