KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (
ROTI) untuk menambah kegiatan usaha baru telah mendapat restu dari pemegang saham. Asal tahu saja, ROTI akan memasuki bisnis olesan coklat dan susu coklat. Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto mengatakan, langkah ROTI untuk mendiversifikasi produk dapat menjadi sentimen positif. Apalagi, jika ternyata produknya dapat diterima oleh masyarakat dan dapat bertumbuh lebih baik dari estimasi. Akan tetapi, apabila melihat studi kelayakan dan proyeksi yang dilakukan oleh manajemen, dampak penambahan bisnis baru itu diproyeksi tidak akan terlalu signifikan. Mengingat, tingkat profitabilitas yang mirip dengan unit usaha yang sudah berjalan saat ini.
"Pasar mungkin masih menantikan bagaimana realisasi dari kedua produk tersebut, sementara ini belum ada respon dari pasar mengingat kontribusinya masih butuh waktu lama dan relatif kecil," kata dia, Senin (27/6).
Baca Juga: Dapat Restu Pemegang Saham, Nippon Indosari (ROTI) Siap Masuki Bisnis Susu Coklat Lebih lanjut Pandhu bilang, berdasarkan studi kelayakan yang dilakukan oleh KJPP yang bekerja sama dengan perseroan, kedua unit usaha baru yang akan dibangun oleh ROTI memberikan IRR masing-masing 9,78% dan 9,64%. Tidak jauh jika dibandingkan dengan rasio ROE ROTI tahun lalu sebesar 9,87%. Manajemen menargetkan kontribusi penjualan dari dua unit bisnis baru ini akan mencapai Rp 197 miliar dan menghasilkan tambahan laba kotor sebesar Rp 12 miliar pada tahun 2024 nanti. Berdasarkan pernyataan tersebut, tambahan kontribusi ini belum akan berdampak dalam jangka pendek sehingga masih perlu waktu untuk dapat mendongkrak kinerja perseroan. Kendati sentimen masuknya ROTI ke bisnis baru belum akan tercermin dalam pergerakan sahamnya, Pandhu melihat, kinerja ROTI di kuartal I-2022 sebetulnya ada perkembangan yang cukup bagus. Di mana, pendapatan meningkat 15% dan laba melesat 50% dibanding periode yang sama tahun lalu. Jika kinerja ini dapat dipertahankan, maka berpotensi mencetak pendapatan dan laba tertinggi sepanjang sejarah pada tahun ini. Merosotnya profit margin akibat kenaikan harga bahan baku seperti gandum, tidak perlu dikhawatirkan karena sejauh ini dapat di oper ke konsumen dengan kenaikan harga jual dan efisiensi yang dilakukan.
Kuatnya kinerja di atas belum tercermin dari pergerakan harga saham yang masih cenderung dalam
trend penurunan, meski sudah mulai tampak kuat bertahan di atas
support di kisaran Rp 1.260-Rp 1.275. Aksi korporasi
buyback saham dengan harga maksimal Rp 1.700 cukup efektif dalam menstabilkan harga saham sejauh ini. "Kami melihat posisi saat ini cukup menarik untuk mulai melakukan akumulasi dengan target 12 bulan ke depan sekitar Rp 1.600," pungkas Pandhu. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari