MOMSMONEY.ID - Supaya tak salah langkah dan rugi besar, yuk simak strategi investasi 60/40 di tahun Kelinci Air 2023 ini dari DBS Indonesia. Perekonomian global yang dinamis, potensi resesi nasional, kenaikan suku bunga, perkembangan industri sektor energi, serta kondisi geopolitik diperkirakan akan memengaruhi pergerakan ekonomi Indonesia pada tahun 2023. Menyikapi situasi tersebut, Bank DBS Indonesia bersama Manager Investasi (PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, PT Schroder Investment Indonesia, PT Bahana TCW Investment Management dan PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen) menyelenggarakan rangkaian acara DBS Spring Festival.
Baca Juga: Resep Seporsi Es Pisang Ijo Saus Karamel, Kudapan Manis Nan Menyegarkan Asal Makassar Para narasumber memaparkan strategi investasi, industri-industri yang prospektif, serta faktor penting yang perlu menjadi perhatian saat berinvestasi dan berbisnis di tahun Kelinci Air. Pemberian insights ini dimotori dengan dukungan analisis teknologi Artificial Intelligence (AI) dari dua sisi, yaitu data perkembangan pasar terkini dan customer modelling, di mana topik-topik yang disampaikan dalam tiap acara sudah dipersonalisasi agar relevan dan sesuai dengan profil risiko dan aspirasi masing-masing nasabah. Strategi Investasi 60/40 di Tahun Kelinci Air ala DBS Indonesia Pakar Feng Shui, Feng Shui Consulting Indonesia Angelina Fang menjelaskan Tahun Kelinci Air ini digambarkan sebagai rumput yang hendak bertumbuh tapi berada dalam kabut sehingga masyarakat diimbau untuk adaptif dan bijak dalam mengambil keputusan investasi. Strategi investasi 70/30 bisa menjadi pilihan: 70% kekayaan di produk-produk berisiko rendah, seperti obligasi, logam mulia, deposito, dan properti, serta 30% lainnya di produk-produk berisiko moderat, seperti reksa dana, saham, dan lainnya. Para nasabah juga dapat mulai berinvestasi di industri otomotif, elektronik, alat berat, fintech, emas dan perhiasan, serta telekomunikasi karena industri-industri ini diprediksikan akan memiliki potensi bisnis yang baik di 2023. “Para nasabah dianjurkan untuk menghindari industri tekstil, kesehatan, perkebunan, dan perhutanan guna mengurangi risiko kerugian tahun ini,” ungkap Angelina Fang. Didukung oleh ASEAN connectivity yang dimiliki oleh DBS Group Ltd (DBS), memasuki tahun 2023, DBS merilis laporan DBS CIO Insights 1Q23: Kembalinya Portofolio 60/40 yang mendapati pasar tenaga kerja menguat dan ketiadaan ketidakseimbangan sistemik di Amerika Serikat (AS) menandakan bahwa resesi, jika terjadi, akan ringan. Sementara itu, data Indeks Harga Konsumen (IHK) dan pernyataan Bank Sentral AS menunjukkan pelonggaran pengetatan kebijakan dengan pembalikan nilai imbal hasil untuk jangka waktu enam bulan hingga satu tahun. Dengan adanya tantangan peningkatan risiko resesi dan inflasi bertahan tinggi, obligasi diproyeksikan lebih menguntungkan dibandingkan dengan ekuitas. Pernyataan ini dikarenakan kinerja obligasi secara historis lebih baik dalam keadaan inflasi tinggi/pertumbuhan rendah dan saat ini terdapat kesenjangan yang cukup besar antara hasil obligasi-ekuitas. FX Strategist - Treasury & Market, DBS Bank Terence Wu mengatakan Dolar AS telah melewati level puncaknya dengan ekspektasi pergerakan yang lebih moderat di 2023. Sementara itu, mata uang Asia berpotensi mencatatkan kinerja yang lebih positif dibanding mata uang Developed Market tahun ini.
“Rupiah sendiri berpotensi terapresiasi pasca periode kinerja yang kurang baik di 4Q2022, dan diperkirakan masih memiliki ruang penguatan,” ungkap Terence Wu.
Baca Juga: Rekomendasi Restoran Tempat Makan Steak di Jakarta Bank DBS Indonesia menghadirkan strategi manajemen kekayaan yang dirancang khusus untuk setiap individu melalui Smart Insights berupa notifikasi peluang yang didukung Artificial Intelligence berbasis data, dan disampaikan di waktu yang tepat. Nasabah dengan mudah dapat mengikuti insight terkini dan langsung berinvestasi dengan mudah melalui media sesuai preferensi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Benedicta Alvinta