Usai mempublikasikan kinerja keuangan tahun 2012 yang telah menjadi amunisi laju kencang indeks saham, beberapa emiten mengumumkan rencana pembagian dividen. Siapa saja mereka dan seberapa menarik tawaran dividen itu? Simak ulasan berikut. Mungkin banyak yang sepakat jika awal tahun 2013 ini terasa manis, terutama bagi para investor saham. Betapa tidak? Banjir cuan seakan tak henti-hentinya menerpa mereka. Tengok saja kinerja bursa saham. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berulang kali memecahkan rekor level tertinggi dalam tiga bulan terakhir, hingga parkir di 4.922,61 pada Rabu (3/4).
Menghitung dari level penutupan akhir tahun 2012 lalu, kenaikan IHSG sudah hampir 14% hanya dalam rentang tiga bulan terakhir. Ini adalah capaian yang cukup fenomenal. Buat mereka yang beruntung mengantungi saham dengan kinerja ciamik, persentase keuntungan tentu akan bertambah. Nah, tentu bukan cuma investor saham yang sumringah karena pemilik reksadana juga merasakan kegembiraan serupa. Investor reksadana yang paling mungkin kecipratan berkah terbangnya IHSG tentu saja reksadana saham. Data lembaga riset pasar modal Infovesta Utama menyebutkan, rata-rata imbal hasil reksadana saham periode akhir tahun 2012 hingga 22 Maret lalu sudah melejit hingga 10,64%. Beberapa produk reksadana saham bahkan berhasil membukukan return hingga di atas 30%. Kabar baik bagi para investor portofolio tidak terhenti di situ saja. Beberapa emiten telah mengumumkan rencana pembagian dividen tahun 2012. Kendati termasuk agenda rutin, terutama bagi emiten yang rajin membagi dividen, berita itu melengkapi bahan bakar laju indeks untuk melenting lebih tinggi lagi. Sebagian besar emiten yang telah mengumumkan rencana pembagian dividen masih didominasi oleh korporasi pelat merah, terutama dari sektor perbankan. Selain itu, ada pula emiten dari industri semen dan consumer goods. Tidak terlalu mengejutkan menilik kinerja emiten di sektor tersebut selama tahun lalu memang bagus. Yang menarik, beberapa emiten sektor tambang - yang saat ini tengah berada di masa suram - tak mau kalah hendak membagi dividen laba untuk para investornya. Siapkan strategi Sebelum Anda main tubruk memburu saham yang sudah mengumumkan rencana pembagian dividen, ada baiknya menyimak terlebih dahulu tips dan strategi memilih saham pembagi dividen yang tepat.
Pertama, perhatikan fundamental keuangan perusahaan. Ini adalah hal wajib yang harus selalu dilakukan oleh investor sebelum memutuskan menanma modal di sebuah produk investasi. Terlebih jika Anda berniat menjadi investor jangka menengah dan panjang alias
non trading. Membeli saham pemberi dividen yang fundamentalnya bagus, tentu lebih asyik dibandingkan sebaliknya. Investor tidak perlu kuatir harga saham anjlok setelah dividen dibagikan, karena capital gain di masa mendatang masih bisa diharapkan. “Dengan catatan, emiten tersebut juga jelas rencana ekspansinya ke depan,” kata Willy Sanjaya, analis Lautandhana Securities. Bagaimanapun, pembagian dividen mengurangi modal ekspansi perusahaan. Pastikan rencana ekspansi emiten ke depan dibarengi pula oleh kejelasan pendanaan permodalan. Harga saham pemberi dividen yang melejit tinggi namun lalu kempes saat
cum date sudah lewat, adalah wajar karena tak semua investor berhorizon investasi panjang. Banyak pula pelaku pasar yang khusus masuk ke saham tersebut untuk memburu dividennya saja.
Kedua, besar
dividend yield. Ini mencerminkan rasio nilai dividen terhadap harga saham, yang mengindikasikan tingkat keuntungan investasi di suatu saham. Cara menghitung dengan sederhana bisa ditempuh dengan membagi nilai dividen tahunan per saham dengan harga saham saat ini. Misalkan, perusahaan X dan Y tahun ini membagikan dividen final masing-masing sebesar Rp 250 per saham. Saat ini, harga saham X adalah Rp 7.000 per saham. Jadi, dividend yield saham X adalah 3,57%. Sedangkan harga saham Y saat ini Rp 10.000 per saham, sehingga
dividend yield-nya 2,5%. Cukup wajar jika investor lebih memilih saham X daripada Y. Asal Anda tahu,
dividend yield yang tinggi bisa mencerminkan harga saham yang masih murah, sehingga dividend yield berikutnya berisiko lebih rendah. Demikian juga sebaliknya. Berapa sejatinya rasio yangwajar? Sebagian analis menilai, dividend yield yang wajar adalah 2/3 yield obligasi korporasi berperingkat A. Jika diasumsikan yield obligasi peringkat A saat ini adalah 5%, maka
dividend yield yang wajar sekarang adalah 3,34%. Harry Su, Kepala Riset Bahana Securities menilai, rasio ideal adalah jika besarnya di atas bunga deposito. Saat ini, rata-rata bunga deposito 1 bulan sekitar 5,36%. Jadi, jika dividend yield yang diberikan di atas itu, tentu saja layak dilirik. Namun, catat Harry, saat ini rata-rata dividend yield di pasar hanya 2,33%. “Jadi, kalau di atas itu, sudah bagus,” kata dia.
Ketiga, perhatikan jadwal pembagian dividen. Selain mengumumkan nilai dividen yang akan dibagikan, emiten biasanya menyusulkan jadwal pembagian dividen. Jadwal dividen memuat istilah
Cum Date, Ex Date, Recording Date dan
Payment Date. “
Cum date adalah yang terpenting untuk diperhatikan investor,” kata Rudiyanto, pengamat investasi pasar modal. Sebab, tanggal itu adalah di mana si investor pemegang saham pemberi dividen berhak mendapatkan dividen. Adapun
ex date adalah tanggal di mana investor pemilik saham tersebut tidak berhak mendapatkan dividen.
Recording date adalah tanggal pencatatan di mana investor institusi pemegang saham tersebut bisa mencatatkan dividen sebagai pendapatan kendati pembayaran belum diterima.
Keempat, hitung perolehan dividen bersih. Pajak atas dividen untuk pribadi dipatok 10%, sedangkan untuk badan usaha atau institusi pajaknya mencapai 15%.
Apakah setelah dipotong pajak, nilai dividen masih sesuai harapan Anda? “Sebenarnya dividen itu pemanis saja,” ujar Willy. Jika emiten tersebut prospeknya bagus, peluang Anda mendapatkan capital gain jauh berlipat di atas tawaran dividen. Dus, menimbang berdasarkan faktor fundamental tetap yang paling prinsip. Nah, siapa saja emiten pembagi dividen dalam waktu dekat? Simak ulasan lebih lengkap empat emiten tersebut di Tabloid KONTAN edisi 8 April-13 April 2013. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Ruisa Khoiriyah