KONTAN.CO.ID - "Cis tiga kali cis cis cis....Indonesia merdeka, Indonesia oke, Indonesia bisa. Salam pesona Indonesia. Wonderful...." Begitu kira-kira kalimat yang diucapkan dengan begitu meriah dan semangat oleh sekelompok anak suku Sasak Desa Ende, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB). Siang itu mereka tampak riang dan antusias menyambut para pengunjung. Kalimat yang terlontar dari anak-anak Sasak Ende tadi merupakan salam selamat datang menyambut para pengunjung. Bahkan beberapa anak juga kerap mengucapkan salam selamat datang kepada para pengunjung desa wisata yang terletak di Jalan Kuta Lombok ini. Begitupula saat para pengunjung hendak meninggalkan Desa Ende, beberapa anak mengucapkan terimakasih, selamat jalan.
Kadim, penduduk Desa Ende sekaligus pemandu wisata mengatakan anak-anak tersebut memang dilatih mengucapkan salam menyambut wisatawan oleh dinas pariwisata setempat. "Karena Lombok ini punya potensi wisata yang luarbiasa, maka anak-anak juga dilibatkan. Mereka kami latih juga untuk ramah kepada tamu, memberi salam dan senyum," ungkapnya. Dengan melatih dan membiasakan anak-anak Desa Ende tersebut, para pengunjung yang datang bisa merasa nyaman. Itulah salah satu upaya yang dilakukan penduduk Desa Ende untuk menjadikan desa mereka sebagai kampung wisata yang ramah dan layak untuk disinggahi. Desa yang lokasinya tidak jauh dari Pantai Kuta ini ditinggali sekitar 35 kepala keluarga dengan jumlah penduduk mencapai 130 orang. Kadim mengatakan, hampir semua penduduk Ende bekerja sebagai petani dan peternak. Ada yang hanya bertani atau beternak saja, namun ada pula yang menggarap pertanian dan peternakan bersamaan. “Kami biasanya bertani padi dan jagung. Setahun bisa dua sampai tiga kali panen. Disela-sela menanam padi dan jagung kami juga tanam kedelai jika cuaca sedang bagus,” kata pria berkulit sawo matang ini. Cuaca bagus yang dimaksud Kadim adalah saat kandungan curah hujan dalam udara cukup banyak, tidak kering seperti cuaca di Lombok Tengah. Tanah pertanian milik penduduk Desa Ende terletak mengelilingi wilayah desa wisata tersebut. Setiap orang di Desa Ende tau pasti letak tanah masing-masing, sehingga kecil kemungkinan mereka salah menggarap lahan orang lain. Sedangkan untuk lahan peternakan biasanya terletak persis di sebelah rumah penduduk Desa Ende. “Rumah kami di sini biasanya bersebelahan dengan kandang sapi, kambing dan kerbau. Bahkan kotorannya bisa kami gunakan untuk membuat lantai rumah dan melapisinya,” tutur Kadim.
Hal serupa juga dilontarkan oleh Akip, pemuda Suku Sasak Ende ini juga mengatakan jika lantai rumah suku Sasak terbuat dari kotoran sapi atau kerbau. Kotoran hewan tersebut biasanya juga dicampur dengan tanah liat agar bisa mengeras dan kokoh saat diinjak. Tradisi nenek moyang itulah yang masih mereka jaga hingga saat ini dan menjadi ciri khas yang melekat pada semua desa suku Sasak. “Selain karena tradisi leluhur, sebenarnya lantai dari kotoran hewan ini bisa melindungi kita dari nyamuk dan serangga. Jadi aman kalau malam, di rumah kami hampir tidak pernah banyak nyamuk dan serangga yang mengganggu,” jelas Akip.
(Bersambung) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Johana K.