Yulia Astuti: Ide bisnis muncul dari pengalaman



Sepuluh tahun telah berlalu sejak Yulia Astuti membuka salon muslimah Moz5 di Jalan Margonda Raya, Depok, Jawa Barat. Sebelumnya tak pernah terbayangkan dalam benak, bahwa salonnya akan berkembang biak hingga 27 cabang seperti sekarang. Cabang terjauh bercokol di Banjarmasin, Kalimantan Timur, sebagian besar di wilayah Jabodetabek dan kota besar di Jawa. "Tahun ini, rencananya akan buka 10 gerai lagi," kata dia.Saban hari, rata-rata sebanyak 50 orang berkunjung ke setiap salonnya. Jumlah itu akan berlipat dua pada akhir pekan. Seorang pengunjung rata-rata menghabiskan uang Rp 70.000 hingga Rp 80.000 dalam sekali kedatangan. Tak heran, omzet Yulia bisa mencapai puluhan juta per hari.Ide awal mendirikan salon muslimah muncul secara sederhana, berangkat dari pengalamannya yang sulit mencari salon khusus untuk wanita. Saat itu, salon khusus wanita sangat jarang. "Kalau pun ada, ya, cuma salon rumahan yang kadang-kadang ada suami, anak, dan karyawan laki-laki," ujar perempuan berkerudung ini.Karena kebetulan ingin punya usaha sendiri, Yulia menangkap kebutuhan wanita akan perawatan rambut itu sebagai peluang berbisnis. Apalagi, ia melihat potensi pasar salon khusus bagi perempuan yang ogah menunjukkan rambutnya kepada lelaki bukan muhrim begitu besar. Dia juga melihat tren wanita berjilbab di Indonesia makin booming. Dengan keyakinan itu, ia pun mendirikan Moz5 dan berkembang hingga menjadi seperti sekarang.Lalu, bagaimana, sih, resep memulai sebuah usaha menurut Yulia? Mulai dari menggali ide usaha, memilih jenis usaha, hingga mengembangkan usaha. Yulia menjelaskannya kepada jurnalis KONTAN Umar Idris pada Selasa (8/1) lalu.Berikut nukilannya?KONTAN: Berdasarkan pengalaman Anda, motivasi apa yang bisa mendorong orang memulai usaha?

YULIA: Motivasi orang berbisnis bermacam-macam. Pengalaman saya dan berdasarkan pengetahuan saya terhadap pengusaha lain, setidaknya ada empat motivasi orang berusaha. Pertama, karena ada peluang. Misalnya, karena lagi ramai teh, lagi ramai cendol, dan seterusnya. Orang melihat di situ ada peluang. Masih ingat dulu ada tren membuat singkong keju. Juga sekarang lagi booming laundry kiloan. Orang terjun ke suatu bisnis karena melihat ada peluang.Kedua, karena hobi. Mereka tidak peduli dengan tren. Saya mungkin tipe memulai usaha karena hobi. Dulu saya hobi meracik bahan-bahan kecantikan, makanya membuka usaha salon. Antara hobi dengan usaha yang digeluti memiliki kaitan yang erat, dan orang yang menjalani usaha lantaran hobi bisa sungguh-sungguh. Usaha itu bagian dari hobi dia.Ketiga, karena ingin membantu orang lain. Contohnya, ada pengusaha yang terjun di daur ulang sampah. Dia memiliki motivasi untuk membantu pemulung, mau meningkatkan kehidupan pemulung. Begitu juga dengan usaha lain, ada pengusaha yang memulai berbisnis karena dia mau memberdayakan orang lain, keluarganya, dan seterusnya.Ada juga tipe keempat, berusaha saja, lillahi taala. Mengikuti proses saja. Kebetulan ada rezeki, mendapat proposal usaha dari teman, ya, sudah dia mulai usaha.Namun, mayoritas saya perhatikan terjun ke suatu usaha karena melihat peluang.KONTAN: Tapi, bagaimana mendapat ide bisnis yang kita anggap layak dilakoni?YULIA: Sebelumnya, kita harus punya pilihan bisnis apa saja yang dianggap menarik. Dari situ, kita melihat dari sisi peluangnya bagaimana? Apakah cukup memberikan peluang? Apakah sesuai dengan minatnya atau tidak? Kita lihat juga, apakah ada pasarnya atau tidak? Kalau ada, pasarnya besar atau kecil? Dan, kita sesuaikan juga target kita dengan pasar dan peluang tersebut.Intinya, kita harus melihat, apakah usaha tersebut ada skala ekonominya atau tidak. Jika tidak ada skala ekonomi, percuma saja. Untuk tujuan apa pun, misalnya, dengan alasan hobi, membantu orang lain, dan sebagainya, jika tidak ada skala ekonomi, menurut saya, usaha tersebut tidak layak.Pengalaman saya, walaupun saya berangkat dari hobi, saya tetap menghitung skala ekonomi usaha salon muslimah. Kita, kan, negara muslim, banyak sekali pasarnya. Di pelbagai daerah, tidak hanya di kota besar, pasarnya juga terbuka luas. Selama ini kebutuhan salon muslimah sangat besar, namun yang menyediakan jasa ini sangat kecil. Padahal banyak sekali muslimah, perempuan yang berkerudung, ingin memiliki salon khusus wanita. Mereka tentu saja risih dengan pegawai laki-laki atau campur dengan pelanggan laki-laki.Sekarang pun pasar salon muslimah masih sangat besar. Di kota-kota besar, ibu-ibu kini merasa jenuh di rumah, jenuh dengan pekerjaan di kantor, sehingga merasa harus memiliki waktu sendiri. Banyak juga sekarang yang datang ke salon karena tujuannya ingin memiliki privasi dan bisa rileks. Perawatannya apa saja, deh, asal mereka bisa rileks.KONTAN: Jadi, sebaiknya, seseorang memilih usaha yang sudah umum atau yang belum ada sama sekali?YULIA: Memulai usaha yang tidak umum juga bagus. Tidak masalah, menurut saya. Pada suatu waktu tertentu, sebuah usaha boleh jadi masih tidak umum, tapi dengan perkembangan waktu usaha tersebut dianggap sudah umum karena banyak bermunculan. Jadi umum atau tidak umum, yang penting adalah kita memulai usaha dengan skala ekonomi dan selalu kreatif dalam menjalani usaha tersebut.Dulu, saya memulai usaha salon muslimah masih unik, tidak biasa. Kini sudah biasa, karena sudah banyak bermunculan. Sampai sekarang saya dituntut untuk terus kreatif menjalani bisnis saya.KONTAN: Apa tip untuk mengembangkan bisnis?YULIA: Saya terus melihat pasar. Salah satu kebiasaan pasar kita adalah konsumen mau mendapatkan sesuatu yang lebih, sesuatu yang unik. Contoh, saat menaikkan harga. Kita harus memberikan sesuatu nilai lebih. Apakah dari pelayanan, apakah kita berikan dari parfumnya, dan seterusnya. Kita senantiasa mencari terobosan yang bisa kita jalankan.KONTAN: Tapi sebetulnya, memulai bisnis sekarang lebih mudah atau lebih sulit ketimbang Anda dulu?YULIA: Saya rasa, sekarang lebih mudah bagi orang untuk memulai usaha. Sebab, sekarang sudah banyak seminar-seminar memulai bisnis, sudah banyak training, sudah banyak pengusaha besar sharing dengan pemula, sudah banyak juga media-media bisnis dan peluang usaha. Dari situ kita mendapat motivasi, kiat-kiat, tip-tip memulai usaha, hingga mewujudkan usaha.Berbeda dengan saya dulu. Saya boleh dikatakan memulai bisnis sendiri, asal mencoba. Waktu itu saya hanya coba saja dulu, yang penting coba. Kalau sekarang, dengan banyak media dan sharing, kita bisa lebih matang dalam perencanaan dan persiapan. Buat yang mau memulai usaha, saya sarankan, yang utama tujuan kita apa. Apa yang mau kita capai.Setelah itu, baru melihat passion atau peluang dan sebagainya, seperti empat jenis motivasi tadi. Memiliki usaha sendiri lebih sibuk dan menguras waktu lebih banyak daripada kita jadi pegawai. Tapi, kembali lagi, tujuan kita apa?       

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Tri Adi