Yunani mendapat pinjaman baru € 8,3 miliar



ATHENA. Menteri keuangan Zona Euro sepakat untuk mengucurkan dana bantuan lanjutan pada Yunani sebesar € 8,3 miliar atau sekitar US$ 11,5 miliar. Dana sebesar € 6,3 miliar diperkirakan cair bulan ini. "Ini proses yang sulit tapi kami akhirnya mendapatkan hasil positif," kata Jeroen Dijsselbloem, Menteri Keuangan Belanda, yang mengepalai grup menteri keuangan Zona Euro. Dana selanjutnya sebesar € 1 miliar diperkirakan meluncur ke kantong Yunani pada Juni dan Juli. Yunani juga diperkirakan segera mendapatkan utang dari Dana Moneter Internasional (IMF) sebesar € 3,4 miliar. Dengan dana-dana tersebut, Yunani bakal bisa membayar utang jatuh tempo € 9 miliar di bulan Mei.Sementara petinggi negara menandatangani kesepakatan positif, demonstrasi digelar warga Yunani. Mereka selama ini menolak pemerintah menyetujui syarat-syarat dari Troika (Komisi Eropa, Bank sentral Eropa, IMF) demi mendapatkan dana bantuan. Yunani melakukan pengetatan anggaran sebagai salah satu syarat bailout. Hasilnya, menurut Menteri Keuangan Yunani Yannis Stournaras, untuk pertama kalinya, negara Dewa Dewi ini bakal mencetak surplus € 2,4 miliar di tahun 2013.Di sisi lain, pengetatan anggaran mendorong pemangkasan pekerja di mana-mana. Dalam enam tahun terjerat krisis, tingkat pengangguran mencapai 28% di Yunani. "Terimakasih atas pengorbanan masyarakat Yunani. Sekarang kita akan mulai membicarakan pertumbuhan ekonomi, dan bukan lagi penyesuaian anggaran fiskal," kata Stournaras.Selain itu, Yunani juga akan mencari dana sendiri dengan merilis obligasi, pertama kali sejak mendapat bailout tahun 2010.Stournaras bilang, Yunani akan memproses utang dalam nilai yang tak besar, bertenor tiga-lima tahun, di semester pertama 2014. Namun Stournaras enggan menyebut besaran obligasi yang akan dirilis. Terakhir kali Yunani merilis obligasi pada April 2010 dengan tenor tujuh tahun dan imbal hasil 6%. Sedangkan obligasi 10 tahun berikutnya, menjadi sangat mahal karena investor meminta bunga sampai 30%. Yunani memilih tak masuk lagi ke pasar obligasi.


Editor: Sanny Cicilia